Tampilkan postingan dengan label Filsafat Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Filsafat Pendidikan. Tampilkan semua postingan

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

 

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Disajikan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr. H. Iwan, M. Ag.

 

 

 

 


Di susun Oleh :

M. Ibnu Ngathoillah (2381130477)

Kelas B13

 

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN JARAK JAUH 

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(PJJ PAI)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SIBER SYEKH NURJATI CIREBON  2024



BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sifatnya esensi bagi manusia, jika manusia tidak memiliki pendidikan yang baik maka ia tidak akan dapat berkreasi, berinovasi dan melangsungkan kehidupannya dengan baik. Sehingga dalam proses pendidikan ada beberapa komponen yang harus menjadi prioritas utama dalam melangsungkan pendidikan dengan baik, pendidikan yang berlangsung secara baik dapat menghasilkan karakter pada setiap peserta didik. Setiap karakter yang dihasilkan merupakan bentukan-bentukan yang diterima peserta didik dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Pendidikan Karakter merupakan pilar utama pembangunan bangsa, Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character building). Character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya serta bermartabat. Jika character building tidak terpatri kedalam jiwa putra-putri bangsa, maka Indonesia akan menjadi bangsa kuli. Oleh karena itu setiap lembaga pendidikan baik formal maupun non formal mesti memiliki perhatian khusus untuk melaksanakan pendidikan karakter dalam rangka membentuk manusia yang berpotensi positif dalam orientasi kehidupannya kearah yang lebih baik.

Di era globalisasi dan teknologi terjadi banyaknya kasus korupsi di kalangan pemerintah dan kasus-kasus pemerkosaan anak usia SD, SMP, dan SMA, tawuran, pelajar, narkoba, bullying, perendaran foto dan vidio porno, pengaruh budaya teknologi yang semakin maju yang merambah ke dunia anak yang mengakibatkan anak lupa akan tanggung jawabnya di sekolah dan tindak kejahatan lainnya menunjukkan bahwa krisis moral dan rapuhnya karakter bangsa sangat memprihatinkan.

Fenomena tersebut membuktikan bahwa saat ini sedang terjadi kemerosotan moral, akhlak, maupun sopan santun. Nilai-nilai karakter baik seperti kesantunan, kejujuran, kebersamaan, dan religius, mulai tergantikan oleh budaya asing yang cenderung hedonistik dan individualistik sehingga nilai-nilai karakter tersebut tidak lagi dianggap penting jika bertentangan dengan tujuan yang ingin dicapai. Menyikapi berbagai fenomena tersebut peran pendidikan karakter menjadi sebuah jawaban yang tepat atas permasalahan yang telah disebut di atas. Khususnya diterapkan pada Pendidikan Anak Usia Dini hingga Sekolah Dasar.

Pendidikan karakter merupakan upaya sungguh-sungguh dalam menanamkan nilai-nilai karakter bagi warga sekolah untuk mengarahkan pada pembentukan karakter dan akhlak luhur peserta didik secara terpadu dan seimbang.10 Penanaman nilai-nilai karakter ini melingkupi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah Swt., diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Penanaman pendidikan karakter harus dimulai sejak dini yang merupakan masa kritis dalam pembentukan karakter seseorang. Salah satu upaya penguatan karakter bangsa yaitu dengan menerapkan pendidikan karakter di lingkungan sekolah secara nasional. Pendidikan karakter di Sekolah Dasar harus mendapatkan perhatian yang lebih. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik memiliki kesadaran tentang pentingnya nilai-nilai kebaikan dan memiliki komitmen untuk selalu melakukan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari serta pada pendidikan selanjutnya.

B.  Rumusan Masalah

1.   Apa yang dimaksud dengan Pendidikan karakter dalam Pendidikan Islam

2.   Bagaimana upaya dalam menanamkan Pendidikan karakter

C.  Tujuan Penulisan Makalah

1.   Mengetahui yang dimaksud dengan Pendidikan karakter dalam Pendidikan Islam

2.   Mengetahui upaya dalam menanamkan Pendidikan karakter

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pendidikan karakter

1.   Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter berasal dari bahasa latin yakni character yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian. Menurut kamus besar bahasa Indonesia karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Sedangkan menurut Ditjen Mandikdasmen-Kementerian Pendidikan Nasional karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat. Karakter juga sering disamakan dengan akhlak.

Jika dihubungkan dengan definisi dari karakter diatas maka dapat kita pahami bahwa pendidikan karakter adalah usaha sadar ataupun tidak sadar dari setiap elemen pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai budi atau akhlak yang baik kepada peserta didik. Adapun menurut Omeri (2015), pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan (knowledge), kesadaran atau kemauan (willingness), dan tindakan (action) untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap sang Pencipta, diri sendiri, sesame manusia, lingkungan tempat tinggal, maupun tanah air.

Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi yang dikutip oleh Munjiatun menganggap pendidikan karakter sebagai sebuah usaha untuk melatih anak-anak agar dapat mempertangungjawabkan setiap perbuatan dan mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap lingkungannya (Munjiatun, 2018).

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya menumbuh kembangkan karakter baik dari anak didik baik itu secara terencana ataupun tidak. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa pembentukan karakter baik atau akhlakul karimah peserta didik itu dapat diusahakan atau dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memang memiliki kompetensi dalam hal ini, seperti pondok pesantren yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman.

2.   Pendidikan Karakter dalam Prespektif Pendidikan Islam

Munculnya pendidikan karakter memberikan warna tersendiri terhadap dunia pendidikan khususnya di Indonesia, meskipun dalam kenyataannya pendidikan karakter itu telah ada seiring dengan lahirnya sistem pendidikan Islam karena pendidikan karakter itu merupakan ruh dari pada pendidikan Islam itu sendiri. Maka dari itu pendidikan Islam memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan yang menjadi ruang lingkupnya. Adapun ruang lingkup pendidikan Islam menurut Uhbiyati (2005: 14-15) adalah sebagai berikut :

a.  Perbuatan mendidik itu sendiri; Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan, dan sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi/ mengasuh anak didik.

b.  Anak didik; Anak didik yaitu pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan atau dilakukan hanyalah untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang dicita-citakan.

c.  Dasar dan tujuan pendidikan Islam; Dasar dan tujuan pendidikan Islam yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam ini dilakukan.

d.   Pendidik; Pendidik yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan Islam.

e. Materi pendidikan Islam; Adapun materi pendidikan Islam yaitu bahan-bahan, atau pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.

f.   Metode pendidikan Islam; Metode pendidikan Islam yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik.

g. Evaluasi pendidikan; Adapun evaluasi pendidikan yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik.

h. Alat-alat pendidikan yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil.

i.  Lingkungan sekitar atau millieu pendidikan Islam yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam

Menurut Ramaliyus (2010:16-17), tinjauan terminologi terhadap pengertian pendidikan Islam terdapat empat istilah dalam khazanah Islam yang mungkin menjadi peristilahan pendidikan Islam, antara lain:

a.   Tarbiyah

Tarbiyah menurut Al-Abrasyi adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur fikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan ataupun dengan tulisan.

b.   Ta’lim

Ta’lim menurut Rasyid Ridho adalah proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu

c.   Ta’dib

Menurut An-Naquib Al-Attas, Al-Ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu yang didalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan didalam tatanan wujud dan keberadaan-Nya

d.   Al-Riadhah

Menurut Al- Ghazali Al-Riadhah adalah proses pelatihan individu pada masa kanak-kanak, sedang fase yang lain tidak tercakup didalamnya.

3.   Paradigma Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter sesunggguhnya telah menjadi sebab diutusnya Nabi Muhammad SAW ke muka bumi. Itu artinya pendidikan karakter bukanlah hal yang baru. Ia telah ada sejak zaman Rasulullah dimana moral masyarakat Mekah pada saat itu berada dititik terendah. Oleh karenanya Nabi bersabda bahwa sesungguhnya ia diutus untuk menyempurnakan akhlak.

Pendidikan tidak bisa dilepaskan dengan pendidikan karakter. Di Indonesia sendiri pendidikan karakter sejatinya juga bukan hal yang baru. Hal ini telah dibahas oleh Ki Hajar Dewantara dalam karyanya yang sangat fenomenal, “ pendidikan dan kebudayaan”. Pendidikan karakter atau revolusi mental yang akhir-akhir ini di populerkan sejatinya adalah pendidikan budi pekerti dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut. Adapun pemikiran beliau yang sangat bernilai adalah sebagai berikut:

a.  Lawan Sastra Ngesti Mulya, dalam artian bahwa ilmu sangat penting, dengan ilmu kita bisa mencapai kesuksesan

b.  Suci Tata Ngesti Tunggal, dibutuhkan tekad yang kuat untuk mencapai sebuah kesuksesan, tidak hanya itu disiplin serta kemurnian batin juga harus dimiliki untuk meraih cita-cita

c.  Tetep Mantep-Antep, istilah ini berhubungan dengan tugas seorang pendidik yang mana dalam mendidik harus manteb dan tekun

d.  Ngandel, Kendel, Bandel, Kandel. Ngandel maknanya kita harus percaya akan pertolongan Tuhan dan yakin sepenuhnya pada kekuasaan dan takdir Tuhan dan kekuatan serta kemampuan diri sendiri. Sedangkan kendel artinya berani, berani menghadapi segala sesuatu yang merintangi, tidak takut sedikitpun karena yakin akan pertolongan Tuhan. Sedangkan bandel artinya kokoh, teguh hati tahan banting disertai sikap tawakkal akan segala kehendak Tuhan. Apabila ketiga sifat itu dimiliki maka jadilah diri kita kandel. Kandel artinya tebal, kuat lahir batin, sifat ini bisa dijadikan senjata untuk menuju kesuksesan.

e.   Neng-ning-Nung-Nang. Maknanya kita harus tentram lahir batin, neng, meneng, tidak berarti ragu-ragu dan malu-malu serta tidak banyak berulah, ning dari kata wening, bening, dapat berpikir jernih, tidak mudah emosi atau marah, mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, perbuatan mana yang benar dan yang salah sehingga kita menjadi nung, hanung, memiliki pendirian yang kuat, teguh, dan kukuh lahir batin untuk mencapai cita-cita. Jika ketiga hal tersebut dapat tercapai maka kita akan mencapai nang, menang dan wenang.

Dari pemaparan kelima prinsip diatas, hal ini berarti bahwa para pendidik diharapkan mampu membawa para peserta didiknya untuk menjadi generasi yang unggul yang memiliki integritas lahir batin dalam sikap dan perbuatannya. Sehingga mereka dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakatnya. Mereka dapat senantiasa konsisten baik dalam perkataan maupun tindakan.

4.   Tantangan Pendidikan Karakter

Persepsi yang sempit tentang pendidikan Islam menjadi salah satu tantangan utama di mana fokus sering kali hanya pada aspek formal seperti pengajaran Al-Qur'an dan hadis, sementara pendidikan karakter sering diabaikan. Penting bagi lembaga pendidikan Islam untuk mengubah pandangan ini dan mengakui bahwa pendidikan karakter adalah bagian integral dari visi pendidikan Islam yang komprehensif.

Kurikulum yang tidak memadai atau tidak mencakup pendidikan karakter secara menyeluruh dapat menjadi hambatan dalam mengembangkan karakter yang kuat pada siswa. Kurikulum harus dirancang dengan mempertimbangkan nilai-nilai Islam dan prinsipprinsip etika, serta memperhatikan pengembangan kemampuan sosial, emosional, dan moral siswa.

Pendidik yang tidak terlatih: Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan pendidik dalam mengenali dan mengembangkan pendidikan karakter dapat menjadi tantangan serius. Pendidik yang terlatih dengan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Islam dan metode pengajaran yang efektif dalam pendidikan karakter sangat penting untuk mencapai tujuan ini.

Tantangan modernitas dan pengaruh negatif media sosial: Lingkungan sosial yang semakin terpapar pada media sosial dan pengaruh negatif lainnya dapat menjadi tantangan serius dalam pendidikan karakter. Pengaruh tersebut dapat merusak nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan dalam pendidikan Islam. Oleh karena itu, perlu ada pendekatan yang efektif dalam menghadapi tantangan ini, seperti melibatkan siswa dalam diskusi kritis, pemantauan penggunaan media sosial, dan memberikan pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai Islam yang relevan dengan konteks modern.

Keterbatasan waktu dan prioritas: Kurangnya waktu yang dialokasikan secara khusus untuk pendidikan karakter dalam kurikulum yang padat dan tekanan akademik yang tinggi dapat menjadi tantangan. Pendidikan karakter harus dianggap sebagai prioritas yang setara dengan pembelajaran akademik, dan waktu dan sumber daya yang cukup harus dialokasikan untuk memastikan pendidikan karakter yang efektif.

Pendidikan Islam di era modern harus mengadopsi pendekatan holistik yang melibatkan kurikulum yang mencakup pendidikan karakter secara menyeluruh, pelatihan pendidik yang tepat, dan lingkungan pendidikan yang mempromosikan nilai-nilai Islam dan memberikan pemahaman yang kuat tentang konteks modern. Selain itu, melibatkan komunitas dan orang tua dalam pendidikan karakter juga dapat membantu memperkuat nilai-nilai Islam dalam kehidupan siswa di luar sekolah

B.  Upaya Pembentukan Pendidikan Karakter

1.   Strategi Pembentukan karakter

Strategi pendidikan karakter harus diintegrasikan ke dalam bermacam-macam kegiatan sekolah sehingga strategi ini menjadi pendekatan yang lebih efektif dan menyeluruh (holistic approach). Mendidik peserta didik pengetahuan akan budi pekerti menjadi ringan dijalankan oleh semua pihak dengan menyisipkan pesan moral pada materi pembelajaran, teladan dari para guru, nasihat serta kebiasaan positif yang diperlihatkan sehari-hari saat berinteraksi baik antar sesama pendidik, maupun pendidik dengan peserta didik.

Maragustam menyampaikan bahwa ada enam strategi pembentukan karakter yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Pendekatan pendidikan moral tersebut adalah: pembiasaan dan pembudayaan, memberikan pengetahuan tentang hal-hal yang baik, memberikan pengetahuan akan rasa mencintai kebaikan, bertindak terpuji, bercermin pada hal-hal yang baik dari lingkungan sekitar, dan bertaubat (Maragustam, 2014). Adapun penjelasannya akan dijabarkan dalam poin-poin di bawah ini:

a.  Strategi pertama adalah strategi yang mengajarkan pengetahuan tentang budi pekerti atau Moral Knowing. Hal yang paling ditekankan dalam strategi moral knowing ini, bagaimana pendidik dapat membuat peserta didik memahami akan karakter yang baik dan yang manakah perangai yang buruk. Selain itu, para peserta didik juga bisa merasakan perbedaan dari nilai yang ditanamkan, apakah memberikan dampak yang baik ataukah negatif.

b.  Strategi kedua adalah strategi Moral Modelling. Pendidik memberikan contoh ucapan atau perbuatan yang baik untuk ditirukan oleh peserta didik sehingga mereka pun memiliki ucapan dan perbuatan yang baik. Guru yang memiliki hidden curriculum ini memberikan pengaruh yang cukup besar dalam pembentukan kepribadian.

c. Strategi ketiga adalah menumbuhkan rasa mencintai kebaikan (Moral loving).  Dengan memberikan pengetahuan akan rasa mencintai kebaikan maka peserta didik akan menjadi manusia yang berkarakter dan memperkuat emosi peserta didik akan kepribadian yang baik. Penguatan ini berhubungan dengan wujud sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik yaitu kesadaran akan jati diri yaitu percaya diri, empati terhadap derita orang lain, menyukai kebaikan, pengendalian diri, dan kerendahan hati.

d.   Strategi keempat adalah Moral Acting. Moral Acting akan secara tidak langsung akan tumbuh setelah peserta didik memiliki pengetahuan akan karakter terpuji, bercermin pada teladan mereka, dan mampu membedakan nilai positif dan sebaliknya sebagaimana pengetahuan dan pengalamannya terhadap nilai-nilai yang akhirnya membentuk perilakunya. Sikap positif yang tertanam dan dilandasi oleh ilmu pengetahuan, pemahaman, kemandirian, perasaan, dan rasa cinta maka akan memberikan keahlian yang berharga dalam dirinya.

e.   Strategi kelima yaitu strategi tradisional. Dalam strategi ini, guru memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peserta didik untuk menuju kepribadian positif yang dapat diterima masyarakat pada umumnya. Dengan pengarahan yang menyentuh hati peserta didik, maka makna kebaikan akan dengan mudah terserap dan dijadikan sebagai fondasi perilaku dalam kehidupan mereka.

f.    Strategi keenam yaitu strategi punishment. Strategi ini bertujuan untuk menegaskan peraturan, dan menyadarkan seseorang yang berada pada jalan yang salah. Ajaran atau peraturan haruslah dipatuhi atau jika dilanggar maka akan ada hukuman sebagai tindakan dari penegakan disiplin. Jadi menghukum anak bukanlah tindakan yang tidak mengasihi anak, tetapi mengingatkan akan kebaikan yang terkandung dalam peraturan yang dijalankan.

g.  Strategi ketujuh yaitu strategi pembiasaan.  Dengan pembiasaan, peserta didik akan dipandu agar dapat memahami tindakan yang mereka lakukan. Seperti membiasakan sikap disiplin, berdoa sebelum memulai aktifitas, berpakaian rapi, membuang sampah pada tempatnya dan lain sebagainya. Kebiasaan baru dapat menjadi kepribadian yang baik bagi seseorang jika dia merasakan senang dan mengulang-ulangnya. Kebiasaan positif akan menuntun pada berpikir positif.

Jadi ketujuh strategi diatas harus dilatih secara konsisten agar menjadi kebiasaan yang tertanam dalam diri peserta didik, dengan harapan mereka memiliki karakter yang baik dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam.

2.   Pentingnya pendidikan karakter

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan Pendidikan Nasional. Pasal I Undang undang Sisdiknas Tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter sehingga akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafaskan nilai-nilai luhur bangsa serta agama (Mendikbud, 2003).

Ada sembilan karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan- Nya, kemandirian dan tanggungjawab, kejujuran/amanah dan diplomatis, hormat dan santun, dermawan dan suka tolongmenolong serta gotong royong/kerjasama, percaya diri dan pekerja keras, kepemimpinan dan keadilan, baik dan rendah hati, dan karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan (Lepiyanto, 2011).

Di era digital ini, terdapat kemudahan yang luar biasa dalam kegiatan mengakeses informasi. Kemudahan tersebut mensyaratkan bahwa anak perlu dibekali keterampilan menyaring informasi agar mereka dapat menentukan mana informasi yang baik dan yang buruk. Kemampuan menyaring informasi dapat dilakukan dengan cara membekali anak-anak dengan Pendidikan karakter, sehingga mereka dapat mengetahui mana informasi yang berguna dan mana informasi sampah (tidak baik). Karakter yang baik akan dapat membangun dirinya sendiri serta juga dapat membangun bangsa mereka menjadi bangsa yang tangguh di kemudian hari.


BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pendidikan karakter adalah upaya menumbuh kembangkan karakter baik dari anak didik baik itu secara terencana ataupun tidak. Dalam Pendidikan Islam, Pendidikan karakter merupakan ruh yang memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan yang menjadi ruang lingkupnya.

Persepsi yang sempit tentang pendidikan Islam menjadi salah satu tantangan utama di mana fokus sering kali hanya pada aspek formal seperti pengajaran Al-Qur'an dan hadis, sementara pendidikan karakter sering diabaikan. Penting bagi lembaga pendidikan Islam untuk mengubah pandangan ini dan mengakui bahwa pendidikan karakter adalah bagian integral dari visi pendidikan Islam yang komprehensif.

Strategi pembentukan karakter harus diintegrasikan ke dalam bermacam-macam kegiatan sekolah sehingga strategi ini menjadi pendekatan yang lebih efektif dan menyeluruh (holistic approach). Strategi tersebut meliputi pembiasaan dan pembudayaan, memberikan pengetahuan tentang hal-hal yang baik, memberikan pengetahuan akan rasa mencintai kebaikan, bertindak terpuji, bercermin pada hal-hal yang baik dari lingkungan sekitar, dan bertaubat.

Pendidikan karakter penting untuk selalu ditanamkan pada diri peserta didik, dimana era digital dan informasi semakin pesat. Sehingga mereka harus dibekali keterampilan menyaring informasi agar mereka dapat menentukan mana informasi yang baik dan yang buruk.

 

DAFTAR PUSTAKA

Hilda Ainissyifa. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Universitas Garut Vol. 08; No. 01; 2014; 1-26

Munjiatun, M. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter: Antara Paradigma dan Pendekatan. Jurnal Kependidikan, 6(2), pp. 334–349. doi: 10.24090/jk.v6i2.1924.

Mendikbud (2003) Undang-Undang Republik Indonesia. Available at: https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/7308/UU0202003.htm (Accessed: 12 December 2024).

Omeri, N. (2015). Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan., p. 5.

Ramaliyus. 2010 .Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Silfiya Nur Azizah. dkk. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Keagamaan. Jurnal Pendidikan IslamVolume 4, Nomor 1, Juni 2023.

Zayin Nafsaka Sajidin. dkk. Dinamika Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ibnu Khaldun. Jurnal Impresi Indonesia (JII) Vol. x, No. x, Januari xxxx

Uhbiyati, N. 2005. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Apakah Menyetubuhi hewan wajib mandi besar ?

Tanda-tanda akhir zaman salah satunya adalah banyaknya perbuatan zina yang terjadi, perbuatan semacam ini tidak hanya sesama manusia namun t...