PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENANGANAN PERILAKU INDISIPLINER SISWA DI MTS AL-IMAN BULUS PURWOREJO

 

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENANGANAN PERILAKU INDISIPLINER SISWA

DI MTS AL-IMAN BULUS PURWOREJO

 

Dosen Pembimbing : Dr.Nasehudin,M.Pd




Nama              : M. Ibnu Ngathoillah
NIM                : 2381130477             
 Kelas               : B13                           
 Mata Kuliah    : Ushul Al Tarbiyah    

 

PROGRAM STUDI 

PENDIDIKAN JARAK JAUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PJJ PAI)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SIBER SYEKH NURJATI CIREBON  2024



BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pada umumnya pendidikan itu adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan, dalam proses dewasa itulah muncul sebuah interaksi antara individu dengan lingkungannya, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar, misalnya di sekolah sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal yang mempunyai peranan sangat penting untuk mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Dalam proses pendidikan, peran guru Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Sejalan dengan

perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling, maka tujuan konselingpun dari waktu-kewaktu mengalami perubahan mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih komprehensif. Tujuan konseling yaitu, untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian, dan interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari kegiatan pendidikan yang berupa bantuan dan tuntutan pada individu pada umumnya dan siswa di sekolah pada khususnya dalam rangka peningkatan mutunya serta bertujuan untuk membentuk peserta didik agar mampu memahami diri sendiri dan mengarahkan kemampuannya sesuai dengan bakat dan minatnya.

Anak didik sebagai generasi penerus bangsa, sejak dini harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang berguna bagi dirinya masing-masing, agar berlangsung secara tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu sebagai ketentuan tata tertib hidup harus dipatuhi atau ditaatinya. Pelanggaran atau penyimpangan dari tata tertib itu akan merugikan dirinya dan bahkan dapat ditindak dengan mendapat sanksi atau hukuman. Ketaatan dan kepatuhan dalam menjalankan tata tertib kehidupan, tidak akan dirasa memberatkan bila dilaksanakan dengan kesadaran akan penting dan manfaatnya. Kemauan dan kesediaan mematuhi disiplin itu datang dari dalam diri orang yang bersangkutan atau tanpa paksaan dari luar atau orang lain, khususnya diri anak didiknya. Akan tetapi dalam keadaan seseorang belum memiliki kesadaran untuk mematuhi tata tertib, yang sering dirasakannya memberatkan atau tidak mengetahui manfaat dan kegunaannya, maka diperlukan tindakan memaksakan dari luar atau dari orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan atau mewujudkan sikap disiplin. Kondisi seperti itu sering ditemui pada kehidupan remaja, yang mengharuskan pendidiknya melakukan pengawasan agar tata tertib kehidupan dilaksanakan, yang sering kali mengharuskan juga untuk memberikan sanksi atau hukuman karena pelanggaran yang dilakukan oleh anak didiknya.

Seharusnya proses pendidikan melalui disiplin, bahwa setiap anak didik harus dikenalkan dengan tata tertib (termasuk perintah), diusahakan untuk memahami manfaat atau kegunaannya, dilaksanakan dengan tanpa ataudengan paksaan, termasuk juga usaha melakukan pengawasan terhadap pelaksanaanya, diperbaiki jika dilanggar atau tidak dipatuhi termasuk juga diberikan sanksi atau hukuman jika diperlukan. Apabila disiplin itu telah terbentuk maka akan terwujudlah disiplin pribadi yang kuat, yang setelah dewasa akan diwujudkan pula dalam setiap aspek kehidupan, antara lain dalam bentuk disiplin kerja, disiplin mengatur keuangan rumah tangga dan lain sebagainya.

Menurut Zakiah Darajat berpendapat bahwa salah satu wadah untuk mendidik disiplin bagi generasi penerus bangsa adalah melalui sekolah. Menurutnya, sekolah hendaknya dapat diusahakan menjadi lapangan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik, disamping sebagai tempat pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak didik dimana pertumbuhan mental, moral, sosial dan segala aspek kepribadian dapat berjalan dengan baik.

Madrasah Tsanawaiyah Al-Iman Bulus Purworejo merupakan madrasah yang berkolaborasi dengan pondok pesantren dengan jumlah peserta didik yang mencapai 1.000 lebih serta berasal dari berbagai daerah dan latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Dalam proses kegiatan belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah Al-Iman keadaan disiplin siswa ternyata masih dalam taraf perlu pembenahan secara serius oleh pihak sekolah.

Upaya peningkatan kedisiplinan siswa di MTs Al-Iman masih terus dilakukan karena selama ini masih saja ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Sebagai contoh, mereka masih banyak yang terlambat datang ke sekolah, tidak mengikuti upacara bendera dengan tertib, tidak rapi dalam berpakaian ketika berada di lingkungan sekolah, ribut ketika berada di dalam kelas, yang secara nyata hal-hal itu tertera dalam tata tertib sekolah tidak boleh untuk dilakukan. Dari berbagai kenyataan diatas, dapat dilihat bahwa ternyata pemberlakuan disiplin siswa MTs Al-Iman Bulus belum berjalan sesuai harapan sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Penanganan Perilaku Indisipliner Siswa di Mts Al-Iman Bulus Purworejo”.

B.  Rumusan Masalah

1.  Bagaimana cara menangani indisipliner siswa di MTs Al-Iman Bulus Purworejo?

2. Bagaiamana upaya yang dilakukan Guru BK dalam penanganan indisipliner siswa di MTs Al-Iman Bulus purworejo?

C.  Tujuan Masalah

1.  Mengetahui cara menangani indisipliner siswa di MTs Al-Iman Bulus Purworejo

2.  Mengetahui upaya yang dilakukan Guru BK dalam penanganan indisipliner siswa di MTs Al-Iman Bulus Purworejo

D.  Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1.   Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini terfokus pada hal-hal berkenaan dengan bagaimana peran guru BK dalam meningkatkan masalah kedisiplinan siswa di MTs Al Al-Iman Bulus Gebang Purworejo

2.   Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk menggali data dan informasi yang belum diketahui peneliti melalui beberapa partisipan yaitu, kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling.

3.   Studi Dokumentasi

Teknik ini dilakukan dengan “memanfaatkan dokumen-dokumen tertulis, gambar, foto atau benda-benda lainnya yang berkaitan dengan aspek-aspek yang diteliti



BAB II

KAJIAN TEORI

A.  Konsep Dasar Guru BK

1.   Pengertian Guru BK

Guru BK adalah unsur utama pelaksanaan bimbingan di sekolah. Guru BK adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, berwenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik. Peran seorang guru bimbingan dan konseling sebagai seorang konselor bagi siswa adalah memberi pemahaman terhadap kemampuan diri siswa sendiri supaya meningkatkan dan mampu memecahkan berbagai masalah secara individual.

Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling, dan sebagai pihak yang paling memahami dasar dan teknik konseling secara luas, konselor dalam menjalankan perannya bertindak sebagai fasilitator bagi klien, kemudian konselor juga bertindak sebagai penasihat, guru, konsultan yang mendampingi klien sampai klien dapat menemukan dan mengatasi masalah yang dialaminya.

Guru bimbingan dan konseling merupakan tugas profesional, artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga pendidik yang berwenang mereka didik untuk menguasai seperangkat kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling dengan demikian dapat dikatakan bahwa guru bimbingan dan konseling memang secara sengaja dibentuk dan disiapkan untuk menjadi tenaga profesional dalam bimbingan dan konseling.

Menurut Suprianta menyataan bahwa:

Guru bimbingan dan konseling adalah pendidik, karena itu konselor sekolah harus berkompeten sebagai pendidik yang memiliki karaktersitik yang dapat menunjang kualitas pribadi guru bimbingan dan konseling. Landasan dan wawasan kependidikan menjadi salah satu kompetensi dasar konselor sekolah. Konselor sekolah adalah seorang profesional, karena itu layanan bimbingan dan konseling harus diatur dan didasarkan kepada regulasi perilaku yang profesional.

 

Lebih lanjut dalam kegiatan bimbingan dan konseling disekolah untuk mengumpulkan data siswa, layanan informasi, konseling, penempatan dan tindak lanjut. UU No. 20/30 pasal 1 ayat 6 dalam Suprianta bahwa “keberadaan konselor dalam sistem pendidikan sebagai salah satu kualifikasi pendidikan, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen pamong belajar, tutor dan fasilitator”

2.   Peran Guru BK

Menurut Tohirin menyatakan bahwa saat ini keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah tampak lebih baik dibanding era sebelumnya. Pengakuan kearah layanan bimbingan dan konseling sebagai suatu profesi sudah semakin mengkristal terutama dari pemerintah dan kalangan profesi lainnya. Penyelenggaraan bimbingan konseling sangat memiliki peran yang penting dalam tercapainya tujuan pendidikan. Dengan layanan bimbingan dan konseling, diharapkan sebuah lembaga pendidikan dapat membentuk karakter siswa yang baik dan mewujudkan nilai-nilai edukatif yang membangun. Selain itu bimbingan dan konseling juga tempat mencurahkan segala keluh kesah yang mungkin begitu rumit dialami suatu individu

Guru Bk di sekolah bertugas memberikan layanan bimbingan dan konseling untuk kepentingan siswa. Berkaitan dengan hal tersebut Ericson mengatakan bahwa kegiatan pelayanan bimbingan konseling meliputi : Individual Inventory, the counseling, the information service, the placement service, and the follow up service. Dapat dipertegas bahwa tugas guru pembimbing adalah :

a.   Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling

b.  Merencanakan program bimbingan dan konseling terutama program satuan layanan dan satuan pendukung

c.  Melaksanakan segenap program satuan layanan bimbingan dan konseling

d.  Melaksanakan program layanan pendukung

e. Menilai proses dan hasil pelaksanaan suatu layanan dan satuan pendukung bimbingan dan konseling

f.   Menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling

g. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling

h.  Mengadministrasikan kegiatan suatu layanan dan satuan pendukung bimbingan dan konseling yang dilaksanakan

i.  Mempertanggung jawabkan bimbingan dan konseling pelaksanaan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator bimbingan dan konseling dan kepala sekolah

3.   Tugas Guru BK

Tugas utama Guru BK/Konselor adalah membantu siswa untuk mengentaskan masalah-masalah pribadi siswa yang berhubungan dengan pendidikan dan pelajaran. Untuk itu, Guru BK/Konselor harus memiliki kompetensi akademik dan profesional sebagai suatu keutuhan, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh konselor, diantaranya kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional dan salah satunya adalah kompetensi kepribadian. Dalam kompetensi kepribadian Guru BK/Konselor perlu memiliki kepribadian yang meliputi, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan memilih, menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat, serta menampilkan kinerja berkualitas yang tinggi.

Menurut Camicall dan Calvin (dalam Abu Bakar M.Luddin) kegiatan bimbingan dan konseling disekolah pengumpulan data siswa, layanan informasi, konseling penempatan dan layanan tindak lanjut. Menurut Abu Bakar M. Luddin mengemukakan bahwa tugas konselor sekolah yaitu :

a.   Memberikan siswa kesempatan untuk berbicara tentang maslahmasalahnya

b.   Melakukan konseling dengan keputusan yang optimal

c.   Melakukan konseling dengan siswa yang mengalami kegagalan akademis

d.   Melakukan konseling dengan siswa dalam mengevaluasi kemampuan pribadi dan keterbatasan

e.   Melakukan konseling dengan siswa tentang kesulitan belajar

Tugas guru pembimbing secara umum ada dua: “memberikan layanan bimbingan dan konseling dan mengasuh siswa”. Dalam melaksanakan layanan berpedoman kepada BK 17 plus yang terdiri dari delapan bidang bimbingan, sepuluh jenis layanan dan enam kegiatan pendukung. Secara terperinci dijelaskan bidang bimbingan: pribadi, sosial, belajar, karir, agama, keluarga, kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara. Jenis layanan: layanan orientasi,

informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi, mediasi, dan layanan advokasi. Jenis kegiatan pendukung: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, tampilan kepustakaan, dan ahli tangan kasus.

Ciri personalitasnya berwawasan luas, menyayangi anak, sabar dan bijaksana, lembut dan baik hati, tekun dan teliti, menjadi contoh, tanggap dan mampu mengambil tindakan, memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan. Ciri profesional mencakup wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dalam bidang kajian pelayanan bimbingan dan konseling.

Guru pembimbing adalah figur seorang pemimpin. Guru pembimbing mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru pembimbing bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara dengan baik.

4.   Ciri-Ciri Kepribadian Guru BK

Karakteristik yang wajib dipenuhi oleh seorang konselor untuk mencapai keberhasilannya dalam proses konseling. Menurut pandangan Carl Roger sebagai dasar konseling, Roger menyebutkan ada tiga karakteristik utama yang dimiliki oleh konselor yaitu sebagai berikut :

a.   Congruence

Seorang konselor terlebih dahulu memahami dirinya sendiri, antara pikiran, perasaan, dan pengalamannya harus serasi. Konselor harus bersungguh-sungguh harus menjadi dirinya sendiri, tanpa menutupi kekurangan yang ada pada dirinya.

b.   Unconditional Positif Regard

Seorang konselor harus dapat menerima respek kepada klien walaupun dengan keadaan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan. Setiap individu menjalani kehidupannya dengan membawa segala nilai-nilai dan kebutuhan yang dimilikinya. Rogers mengatakan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk mengaktualisasikan dirinya kearah yang lebih baik. Untuk itulah, konselor harus memberikan kepercayaan kepada klien untuk mengembangkan diri mereka.

c.   Empathy

Empathy adalah memahami orang lain dari sudut kerangka berpikirnya. Selain itu, empati yang dirasakan juga harus ditunjukkan. Konselor harus dapat menyingkirkan nilai-nilainya sendiri, tetapi tidak boleh larut dalam nilai-nilai klien.

B.  Bimbingan dan Konseling

1.   Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance” yang dasarnya “guide”. Istilah “guidance” juga disebut bantuan atau tuntutan dan ada juga yang menerjemahkan dengan arti pertolongan. Secara etimologis, bimbingan berarti bantuan atau tuntunan.

Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang nenuntun. Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya. Disamping itu, bimbingan juga mengandung makna memberikan bantuan atau pertolongan dengan pengertian bahwa dalam menentukan arah

diutamakan kepada yang dibimbingnya.

Bimbingan merupakan suatu proses berkelanjutan. Artinya bimbingan bukan merupakan kegiatan secara kebetulan, bukan incidental atau kebetulan saja, tetapi bimbingan di sini merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis, sengaja, berencana dan terarah kepada tujuan. Bimbingan merupakan proses membantu individu. Artinya kegiatan bimbingan bukan paksaan, akan tetapi menolong mengarahkan individu kepada tujuan yang sesuai dengan potensi optimal.

Bimbingan adalah proses untuk membantu individu memahami dirinya dan dunia disekelilingnya supaya ia dapat menggunakan kemampuan dan bakat yang ada dengan optimal. Menurut Rochman Natawijaya bimbingan adalah proses bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku

2.   Pengertian Konseling

Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”.

Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.

Bimbingan selalu berdampingan dengan makna konseling atau dengan kata lain bahwa makna dari bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu akan diuraikan beberapa pengertian konseling dari pendapat para pakar pendidikan untuk memperkuat dan mempelajari bimbingan dan konseling secara mendalam.

Menurut Abu Bakar M.Luddin bahwa:

Konseling adalah usaha untuk membantu seseorang menolong dirinya sendiri. Konseling membantu anak-anak membuat keputusan sendiri sehingga mereka menemukan kepuasan dan kesenangan dalam kehidupan kerja mereka. Konseling mengakui kebebasan individual untuk membuat keputusan sendiri dan memilih jalurnya sendiri yang dapat mengarahkannya. Konseling bukan pervakapan, akan tetapi lebih sebagai suatu komunikasi yang intim, respirasi percakapan dan sebagai suatu kontak. Konseling memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengatakan apa yang ia inginkan, membiarkan ia melegakan hatinya kedalam kata-kata yang dapat mengurangi ketenangan emosional.

 

Dari beberapa pengertian konseling diatas beragam sesuai dengan sudut pandang masing-masing, namun dalam hal ini terdapat satu kesamaan dalam makna konseling, yaitu pemecahan masalah. Dalam proses konseling ada tujuan secara langsung yang tertentu, yaitu pemecahan masalah klien yang dihadapi dan proses konseling pada dasarnya dilakukan secara individu.

3.   Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling

Menurut Van House (dalam Abu Bakar M.Luddin)

Prinsip merupakan pasuan hasil kajian teoritis dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksud. Dalampelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakan bersumberdari kajian filosofis. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah: Bimbingan dan Konseling dituntut bagi semua individu, bersifat individu, meneankan hal yang positif, usaha bersama, mengambil keputusan dan berlangsung dalam berbagai adegan (setting) kehidupan.

 

Menurut Abu Bakar menjelaskan masing-masing tersebut diatas sebagai berikut :

1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua individu. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan dan konseling diberikan kepada semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun bermasalah.

2. Bimbingan dan konseling bersifat individu. Setiap individu bersifat unik dan melalui bimbingan dan konseling individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah individu meskipun layanan bimbingan dan konseling menggunakan Teknik kelompok.

3. Bimbingan dan konseling menekankan hal yang positif. Dalam kenyataannya masih ada yan memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan dan konseling. Karena bimbingan dan konseling dipandang sebagai satu cara yang menekankan aspirasi.

4. Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama. Bimbingan dan konseling bukan hanya untuk tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai team work terlibat dalam proses bimbingan dan konseling.

5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting kehidupan.

6.  Pemberian layanan bimbingan dan konseling tidak hanya berlangsung disekolah, tetapi juga dilingkungan keluarga, perusahaan/industri, Lembaga pemerintahan/swasta dan masyarakat pada umumnya.

4.   Tujuan Bimbingan dan Konseling

Secara umum bimbingan dan konseling dalam keseluruhan bimbingan di pendidikan lembaga pendidikan adalah membantu seluruh peserta didik melalui pelayanan (yaitu tertuju kepada masing-masing) pribadi, agar mencapai tahap perkembangan optimal baik secara akademis, psikologis, maupun sosial. Secara akademis pelayanan ini bertujuan agar setiap peserta didik mencapai penyesuaian akademis secara memadai dan mencapai prestasi belajar secara optimal. Secara psikologis pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik mencapai perkembangan yang ditandai dengan kematangan dan kesehatan pribadi. Juga secara sosial pelayanan ini bertujuan agar setiap peserta didik dapat mencapai penyesuaian dan memiliki keterampilan sosial secara memadai.

Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu. masalah-masalah individu bermacam ragam jenis, intensitas, dan sangkut-pautnya, serta masing-masing bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling untuk seorang individu berbeda dari (dan tidak boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling untuk individu lainnya.

Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling ialah agar konseli (peserta didik) dapat merencanakan kegiatan penyelesaian studi, (1) perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang, (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya, (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan masyarakat, maupun lingkungan kerjanya

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka harus mendapatkan kesempatan untuk (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangan, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada dilingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitankesulitan sendiri, (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekrja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal

C.  Perilaku Indisipliner Siswa

Perilaku indisipliner siswa dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun arti yang sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan.

Indisipliner siswa merupakan tindakan atau perilaku yang tidak baik apalagi dalam mematuhi tata tertib sekolah yang mengarah pada kondusif dan kenyaman sekolah. Indisipliner tidak hanya memperburuk diri sendiri tetapi juga orang lain. Jika ada siswa yang melakukan indisipliner, perilaku ini bukanlah hal yang timbul begitu saja, namun ada faktor yang menyebabkan indisipliner serta banyak hal yang mempengaruhinya. Seorang siswa bisa saja tidak mau melakukan indisipliner. Namun, jika satu dan hal yang lain menjadi pemicunya tetap siswa melakukan pelanggaran peraturan atau tidak disiplin sehingga berperilaku indisipliner. Untuk itu mengetahui faktor- faktor yang menjadi penyebab dari indisipliner siswa dalam mematuhi tata tertib disekolah adalah salah satu cara untuk membut siswa menjadi lebih disiplin.

D.  Faktor-faktor Penyebab Indisipliner Siswa

Perilaku indisipliner siswa dalam mematuhi tata tertib di Sekolah memiliki banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan siswa melakukan perilaku indisipliner tersebut, untuk itu peneliti membagi menjadi empat faktor, yaitu :

1.   Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Misalnya keinginan dari diri siswa sendiri untuk melakukan perilaku indisipliner atau ketidakdisiplinan disekolah tanpa memperdulikan dampaknya bagi orang lain atau pun dirinya sendiri. Bisa pula yang diakibatkan karena ketidakpahaman siswa mengenai tata tertib yang harus dipatuhi sehingga mengakibatkan siswa tidak disiplin. Ada pula penyebab karena siswa terlalu  menganggap  sepele perilaku indisipliner dan menganggap perilaku indisipliner  hal  yang  mudah  atau menganggap indisipliner dalam pelanggaran kecil sehingga tidak ada kemauan untuk memperbaiki diri. Tetapi faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa  ini agak sulit  untuk  di  ketahui  apakah  benar  dari  siswa  itu  sendiri  atau karena  fakor lainnya.  Karena siswa harus melalui pengamatan yang lebih mendalam dan harus diamati keseharian siswa tersebut

2.   Faktor Eksternal

Faktor Kebutuhan ekonomi dapat pula menjadi penyebab siswa melakukan perilaku indisipliner misalkan baju yang tidak dimasukkan, karena baju siswa yang sudah tidak muat lagi atau kekecilan sedangkan orang tuanya tidak memiliki uang untuk membeli baju baru yang layak  pakai  sehingga  menjadi penyebab siswa tidak berpakaian rapi. Mematuhi tata tertib  dikarenakan  adanya  faktor-faktor  penyebab baik secara internal maupun eksternal. Indikator faktor penyebab  siswa melakukan indisipliner dapat dilihat melalui  indikator karakter disiplin dalam mematuhi  tata tertib sekolah


BAB III

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A.  Cara Menangani Indisipliner Siswa

Perilaku indisipliner siswa tersebut, diberi tindakan dan telah ditangani sekolah oleh pemimpin sekolah dan stakeholder yang ada di sekolah baik secara preventif maupun reprensif diantaranya, yaitu :

1.   Membentuk Keteladanan

Untuk menjadi guru yang profesional harus mampu mejadi teladan yang baik bagi siswa, karena  menurut Mulyasa (2012: 166) Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap  keberhasilan pendidikan, terutama dalam pendidikan karakter disiplin, yang sangat berperan  dalam membentuk pribadi dan karakter disiplin siswa lebih taat dan patuh terhadap peraturan  di sekolah.

2.   Memberikan Peringatan Kepada Siswa

Memberikan peringatan kepada siswa, agar dapat memberantas tindak indisipliner siswa secara tuntas tidak bisa dilakukan secara parsial atau setenga-setengah, tetapi harus secara total dan sistematis. Hal ini hanya mungkin berhasil melalui penerapan yang ada di sekolah oleh pemimpin sekolah atau kepala sekolah dan guru. Peringatan tersebut dapat berupa nasihat yang diberikan guru kepada siswa yang melakukan perilaku indisipliner

3.   Mencatat Siswa

Jika masih ada siswa yang melakukan indisipliner sebaiknya dicatat agar guru lebih mengingat  siswa yang telah dan sering melakukan Indisipliner atau pelanggaran dan sudah berapa kali siswa  tersebut melakukan indisipliner disekolah, sehingga guru mampu menanyakan langsung kepada  orangtua/wali siswa dan mencari tahu mengapa hal tersebut terjadi dan apa hal yang harus  dilakukan agar siswa tidak mengulangi perilaku indisiplinernya tersebut.

4.   Memberikan Hukuman

Hukuman yang diberikan kepada siswa bukanlah hukuman yang menyakitkan atau hukuman seperti pukulan yang akan mengganggu psikis siswa. Tetapi memberikan hukuman mendidik seperti siswa yang terlambat dihukum dengan cara memungut sampah terlebih dahulu, setelah itu baru boleh mengikuti pembelajaran di kelas

B.  Upaya Guru BK dalam penanganan indisipliner siswa

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam mengembangkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karier. Pelayanan ini memfasilitasi pengembangan  peserta  didik,  secara individual,  kelompok,  dan  klasikal,  sesuai  dengan  kebutuhan,  potensi,  bakat, minat, perkembangan,  kondisi,  serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Salah satu upaya guru BK dalam menangani indisipliner siswa di MTs Al-Iman Bulus adalah yang pertama kedisiplinan para guru sebagai wujud keteladanan. Selain itu Guru BK aktif dalam pengawasan pada saat kegiatan dengan cara berpatroli dilingkungan sekolah. Kemudian yang kedua guru BK di MTs Al-Iman Bulus bekerja sama dengan para guru akademik untuk memperhatikan keadaan siswa baik dari segi kehadiran, kerapihan, belajar, dan tatakrama. Selain itu guru BK juga bekerjasama dengan pihak Pondok Pesantren terkhusus dengan bagian keamanan yang mengurusi berbagai masalah di Pondok, Sehingga dengan begitu guru BK dapat terbantu untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling individual dalam meningkatkan kedisiplinan sehingga dengan begitu guru BK.

Adapun apabila ada salah satu siswa yang bermasalah, guru BK segera memanggil anak tersebut ke ruangan guru BK dan menanyakan apa permasalahan yang telah terjadi, namun apabila masalah tersebut sudah diluar kewajaran maka guru BK langsung memberikan surat kepada orang tua untuk menghadap kepada guru BK, apabila orang tuanya tidak hadir maka cara yang terakhir adalah kunjungan kepada rumah siswa.

 

 

BAB IV

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

1. Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan mengenai penelitian yang telah dilaksanakan dari tanggal 15 Mei 2024 – 01 Juni 2024, maka dapat disimpulkan bahwa faktanya setiap hari selalu ada siswa di MTs Al-Iman Bulus yang melakukan indisipliner di sekolah dengan berbagai macam bentuk yang beragam.  Pelanggaran yang paling sering dilakukan oleh siswa adalah mengenai indisipliner dalam hal berpakaian, tidak bersepatu, datang terlambat dan baju yang dikeluarkan. Sedangkan bentuk pelanggaran yang tidak pernah terlihat adalah mengenai merokok dilingkungan sekolah.

2.  Indisipliner siswa di MTs Al-Iman Bulus ada dua faktor yaitu, faktor internal atau  yang berasal dari diri siswa sendiri dan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa yang terdiri dari faktor lingkungan pertemanan, faktor ekonomi dan faktor keluarga, adanya bentuk  indisipliner  dalam hal  berpakaian  setiap  hari  dikarenakan  pakaiannya hilang dan siswa tidak mampu untuk membeli pakaian seragam  sekolah,  ada  pula  siswa  yang  merasa  kepanasan  mengakibatkan  baju dikeluarkannya, bahkan ada pula yang sengaja karena agar di anggap siswa yang keren

3. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Guru BK MTs Al-Iman dalam menangani siswa-siswa indispliner dengan cara memberikan keteladanan dalam hal kedisiplinan, bekerjasama dengan guru akademik serta pihak Pondok Pesantren, bahkan beberapa kali guru BK memanggil orang tua yang anaknya memilih masalah yang cukup parah. Hal ini dilakukan oleh guru BK agar dalam melakukan penanganan terhadap siswa-siswa yang indisipliner lebih mudah.



DAFTAR PUSTAKA

 

Abu Bakar M.Luddin, (2009), Kinerja Kepala Sekolah Dalam Kegiatan Bimbingan Dan Konseling, Bandung : Cipta Pustaka Media Perintis, hal 47

Bimo Walgito, (2010), Bimbingan dan Konseling (Studi & Karir), Yogyakarta : CV Andi Offset, hal 6

Djumhur & Moh. Surya, Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Ilmu, 1975), h. 6

Mamat Suprianta, (2011), Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, hal 11

Namora Lumongga, (2014), Memahami Dasar-dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta : Kencana, hal 21 

Prayitno & Erman Amti, (2013), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : PT Rineka Cipta, hal 114

Pupuh Fathurrohman, (2014), Urgensi Bimbingan Dan Konseling Di Perguruan Tinggi, Bandung : PT Refika Aditama, hal 18

Sisrianti, dkk, (2013), Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan Dan Konseling/Konselor Di Smp N 5 Pariaman, Jurnal Ilmiah KonselingVol 2 No 1

Tohirin, (2014), Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, hal 257

Yusuf Muhammad Al -Hasan, Pendidikan Anak dalam Islam, ( Jakarta : Darul Haq, 2004), h.52

Zakiah Darajat, “Pendidikan Moral bagi Generasi Mendatang”, Majalah Perkawinan dan Keluarga, No. 327, 1999.

https://www.researchgate.net/publication/340267815_Faktor_Penyebab_Indisipliner_Siswa_dalam_Mematuhi_Tata_Tertib_di_Sekolah_Dasar

https://www.researchgate.net/publication/361574238_LAYANAN_BIMBINGAN_DAN_KONSELING_DALAM_MENINGKATKAN_KEDISIPLINAN_SISWA




LAMPIRAN I

 

INTRUMEN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH, GURU BK, DAN SISWA DI MTs AL-IMAN BULUS PURWOREJO

NO

RUMUSAN MASALAH

ASPEK YANG DITANYAKAN

SUMBER INFORMASI

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1

Bagaimana cara menangani indisipliner siswa di MTs Al-Iman Bulus Purworejo

1.      Sejak kapan Bapak mulai menjadi kepala sekolah di MTs Al-Iman Bulus ?

2.      Menurut Bapak bagaimana peran guru BK dalam penanganan perilaku indisipliner terhadap siswa ?

3.      Apa saja kebijakan-kebijakan yang Bapak terapakan kepada guru BK dalam penanganan perilaku indisipliner terhadap siswa ?

4.      Menurut Bapak apa saja langkah-langkah yang telah dilakukan guru BK dalam penanganan perilaku indisipliner terhadap siswa?

5.      Menurut Bapak apa saja fungsi guru BK dalam penanganan perilaku indisipliner terhadap siswa ?

Kepala Sekolah

Wawancara

2

upaya apa yang dilakukan Guru BK dalam penanganan indisipliner siswa di MTs Al-Iman Bulus purworejo

6.      Bagaimana cara Bapak dalam mengatasi masalah perilaku indisipliner terhadap siswa ?

7.      Kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan, apakah berjalan dengan baik?

8.      Upaya apa yang Bapak lakukan dalam mengatasi permasalahan siswa yang indisipliner ?

9.      Bagamana tanggapan Bapak mengenai guru BK di sekolah ini dalam penanganan perilaku disiplin ?

10.   Menurut Bapak, apakah guru BK sudah menjalankan tugasnya dalam penanganan perilaku disiplin terhadap siswa ?

Kepala Sekolah

Wawancara

3

 

1.       Sudah berapa lama Bapak menjabat sebagai guru BK di MTs Al-Iman Bulus Purworejo ?

2.       Apa saja yang Bapak lakukan dalam penanganan tentang kedisiplinan di sekolah ?

3.       Apakah kepala ikut berperan dalam penanganan perilaku siswa dalam kedisiplinan?

4.       Bagaimana cara Bapak menangani siswa yang sering melanggar kedisiplinan di sekolah ?

5.       Upaya apa yang Bapak lakukan dalam mengatasi permasalahan perilaku siswa ?

6.       Menurut Bapak apakah dengan adanya penanganan permasalah perilaku siswa ada perubahan ?

7.       Apakah kepala sering memberikan arahan terhadap penanganan perilaku disiplin terhadap siswa ?

8.       Bagaimana cara Bapak menangani permasalah perilaku disiplin yang sering terjadi dikalangan siswa ?

9.       Apakah ada perubahan dalam penanganan permasalahan perilaku disiplin yang sering terjadi di sekolah ?

Guru BK

Wawancara

4

 

1.       Bagaimana pendapat anda terhadap peran guru BK dalam penanganan prilaku disiplin terhadap siswa?

2.       Apa saja kebijakan-kebijakan guru BK dalam penanganan perilaku terhadap siswa?

3.       Apakah anda senang dengan guru BK dalam penangan perilaku disiplin terhadap anda?

4.       Apakah kepala sekolah sering memberikan arahan tentang kedisiplinan disekolah ?

5.       Bagaimana tanggapan anda tentang penanganan perilaku disiplin yang di lakukan oleh guru BK

6.       Menurut anda apakah guru BK sudah menerapkan tentang kedisiplinan di sekolah ini?

7.       Apakah guru BK dan kepala sekolah saling bekerja sama dalam melakukan perilaku kedisiplinan terhadap siswa ?

8.       Menurut anda apakah dengan keberadaan guru BK di sekolah ini memberikan dampak yang baik terhadap sekolah ?

9.       Bagaimana pendapat anda mengenai program perilaku kedisiplinan di sekolah ini ?

10.    kedisiplinan di sekolah ini memberikan dampak positif terhadap anda ?

Siswa

Wawancara




LAMPIRAN II

Wawancara dengan kepala sekolah

 

1.       Sejak kapan Bapak mulai menjadi kepala sekolah di MTs Al-Iman Bulus Purworejo?

Jawab: Saya menjabat sebagai kepala sekolah di MTs Al-Iman Bulus sudah 5 tahun.

2.       Menurut Bapak bagaimana peran guru BK dalam penanganan perilaku indisipliner terhadap siswa

Jawab: Peran guru BK dalam penanganan perilaku kedisiplinan yang sudah berjalan lama di sekolah ini, guru BK sangat aktif dalam menjalankan tugasnya sebagai guru BK, biasanya guru BK selalu menangani langsung siswa/siswi yang mengalami masalah yang sedang dihadapi oleh siswa/siswi sampai masalah tersebut bisa dituntaskan dengan baik dan siswi/siswi tersebut tidak mengulangi lagi permasalahan yang berulang-ulang sampai siswa tersebut jera.

3.   Apa saja kebijakan-kebijakan yang ibu terapkan kepada guru BK dalam penanganan perilaku indisipliner terhadap siswa ?

Jawab: Saya dan guru BK saling bekerjasama dalam memberikan penanganan kedisiplinan perilaku siswa di MTs Al-Iman Bulus demi kelancaran proses belajar mengajar di sekolah ini, biasanya guru BK pertama sekali mengingatkan siswa/siswi tersebut, setelah itu kalua memang siswa/siswi tersubut mengulanginya lagi maka guru BK akan bertindang langsung dalam menangai permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa/siswi tersebut sampai tuntas dan tidak mengulanginya lagi.

4.     Menurut Bapak apa saja langkah-langkah yang telah dilakukan guru BK dalam penanganan perilaku indisipliner terhadap siswa?

Jawab: Guru BK setiap hari memantau kondisi di kelas mana siswa/siswi yang harus dibimbing dan diarahkan baik dalam segi kedisiplinannya, kemauan belajarnya dan dari segi bakat dan mintanya jadi sampai kebakat minat siswa/siswi kita arahkan dan diarakan oleh guru BK.

5.     Menurut Bapak apa saja fungsi guru BK dalam penanganan perilaku indisipliner terhadap siswa ? Jawab: Guru BK ini sebenarnya sangat berperan aktif dari segala segi pada umummya khusunya dalam kedisiplinan yang ada itu guru BK harus memantau selalu terhadap siswa/siswi yang ada di sekolah ini, baik itu dari segi belajaranya dan dari segi kedisiplinan akhlak dan karakternya semuanya harus kehadiranya dijaga baik itu dari segi ilmunya dia belajar dan karakternya itu harus semuanya kita jaga itu tidak hanya semata tugas guru BK tapi guru-guru yang lain dan harus saling bekerja sama antara satu dengan yang lainnya.

6.       Bagaimana cara Bapak mengawasi tentang mengatasi masalah perilaku disiplin terhadap siswa ?

Jawab: Siswa/siswi yang ada di sekolah ini harus kita pantau dengan baik, jadi mereka tidak terlepas dari pantauan guru-guru di sekolah ini karena sekolah ini sistimnya kan ada asrama maka dari situlah guru, ustadzah dan ustadnya saling bekerja sama antara satu dengan yang lainnya karena disini orang tuanya tidak ada karena mereka tinggal di asrama, maka disini guru BK harus berperan sangat aktif dalam menjalankan perannya sebagai guru BK karena siswa/siswi disini sangat membutuhkan bimbingan dan arahan kepada siswa dari guru BK, mereka masuk dan kita lihat kehadirannya kalau seandainya satu hari tidak masuk maka harus kita tanyak langsung, dan harus menanyakan lansung dan memberi tahu karena disini seluruh aceh ada, bahkan dari luar aceh yang sekolah disini, maka kami di sekolah ini harus berperan aktif terhadap kedisiplinan yang sudah diterapkan di sekolah ini.

7.       Kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan, apakah berjalan dengan baik?

Jawab: Kalau kita katakan berjalan dengan baik itu relatif iya, cuman kita tidak hanya guru BK saja yang berperan aktif dalam penanganan perilku kedisiplinan siswa yang ada disini kami semua yang berkerja di sekolah ini baik itu guru asrama kami saling membantu antara satu dengan yang lainnya dalam penanganan kedisiplinan yang telah kami buat bersamasama dan sudah kami jalani sampai sekarang ini.

8.       Upaya apa yang Bapak lakukan dalam mengatasi permasalahan siswa yang sering dilakukan ?

Jawab: Saya akan memanggil siswa/siswi yang sering melanggar peraturan yang ada di sekolah ini seperti kedisiplinan yang sudah dijalankan di sekolah, dan saya akan memanggil siswa/siswi tersebut dan saya berusaha memberikan arahan dan masukan yang baik terhadap siswa/siswi yang sering mengalami permasalahan dan melanggar peraturan di sekolah, saya selalu bekerja sama antara guru BK dan setap-setap yang ada di sekolah ini dalam menangani permasalahan siswa/siswi.

9.     Bagaimana tanggapan Bapak mengenai guru BK di sekolah ini dalam penanganan perilaku disiplin?

Jawab: Guru BK disini sangat berperan aktif dalam menjalankan tugasnya sebagai guru BK disini dan guru BK sudah melakukan pendekatan terhadap siswa/siswi.

10.   Menurut Bapak, apakah guru BK sudah menjalankan tugasnya dalam penanganan perilaku disiplin terhadap siswa ?

Jawab: Beliau sudah menjalankan tugasnya cuman kalau kita katakana sudah maksimal bekerjanya sudah maksimal, tapi untuk sempurna itu kan belum sampai sempurana sudah bekerja dengan aktif dalam menjalankan perannya sebagai guru BK dalam penanganan perilaku kedisiplinan terhadap siswa yang sudah dijalankan selama ini.

 

 

 

Wawancara dengan guru BK

 

1.       Sudah berapa lama Bapak menjabat sebagai guru BK di MTs Al-Iman Bulus Purworejo ?

Jawab: Saya menjabat sebagai guru BK di sekolah sudah 2 tahun.

2.       Apa saja yang Bapak lakukan dalam penanganan tentang kedisiplinan di sekolah ?

Jawab: Sebenarnya di sini bukan hanya sekolah tetapi asrama pun ada tidak seperti sekolah umum biasanya, biasanya kalau di sini siswa/siswi pulang, izin itu dari ustadzah dan ustadnya, guru BK di sini hanya pemantau melalui absen saya lihat di absen uda berapa kali tidak masuk atau sakit itu baru saya tangani atau saya panggil siswa/siswi yang bersangkutan tersebut. Saya, ustadzah dan ustad maupun kepala sekolah saling bekerja sama dalam penanganan kedisiplian yang sedang berjalan di sekolah ini sehingga bisa tercapai dengan tujuan yang diinginkan.

3.     Apakah kepala sekolah ikut berperan dalam penanganan perilaku siswa dalam kedisiplinan ? Jawab: Iya, kepala sekolah sangat berperan dalam penanganan masalah siswa/siswi yang ada di sekolah, saya dan kepala sekolah saling bekerja sama dalam penanganan kedisiplinan yang ada di sekolah, kedisiplinan yang ada di sekolah dan sedang berjalan sangatlah penting untuk siswa/siswi kedepannya, terhadap kehidupan sehari-hari.

4.       Bagaimana cara Bapak menangani siswa yang sering melanggar kedisiplinan di sekolah ?

Jawab: Sebenarnya kalau saya lihat, kedisiplinan di sekolah sudah disiplin, cuman karna di sekolah ini ada asramanya dan saya lihat siswanya sering melanggar di asrama dan mereka bawak-bawak ke sekolah sering datang terlambat kesekolah, tidak pakai sepatu dan lain sebagainya alasannya karna di curi sama kawannya, saya memanggil siswa tersebut dan menanyakan langsung kepadanya tentang permasalahan yang di hadapai kalau siswa sering melanggar peraturan sekolah maka saya dan kepala sekolah saling bekerja sama dan memanggil orang tua dan murid tersebut.

5.       Upaya apa yang Bapak lakukan dalam mengatasi permasalahan perilaku siswa ?

Jawab: Kalau disisi perilaku yang menonjol atau berkelahi tidak ada kecuali di asrama itu saya kurang tau karna di situ akan di tangani langsung oleh ustad dan ustadzahnya mengenai permasalahan yang di hadapai oleh siswa/siswinya tersebut. Cuman kalau di sekolah kalau melanggar peraturan baru guru BK yang menangni tentang permasalan yang di hadapi siswa tersebut, biasanya saya menanyakan langsung kepada siswa/siswi yang bersangkutan dan siswa/siswi pun mengutarakan permasalahan yang sedang dia hadapi maka saya sebagai guru BK berusaha untuk memberikan masukan, arahan, dan motivasi untuk siswa/siswi tersebut supaya siswa/siswi bisa keluar dari permasalan yang di hadapi, dan supaya siswa bisa mematuhi peraturan yang ada di sekolah.

6.    Menurut Bapak apakah dengan adanya penanganan permasalah perilaku siswa ada perubahan ? Jawab: Iya ada, saya benar-benar membimbing anak-anak yang sedang mengalami permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa/siswi dalam penanganan perilaku kedisiplinan siswa/siswi di sekolah, yang sering melanggar peraturan yang ada di sekolah dan saya memberikan arahan dan masukan kepada siswa/siswi sampai siswa/siswi tersebut bisa sadar dan benar-benar tidak mengulangi lagi dan tidak melanggar peraturan yang telah disepakati bersama-sama.

7.      Apakah kepala sekolah sering memberikan arahan terhadap penanganan perilaku disiplin terhadap siswa ?

Jawab: Sering, disinikan setiap hari senin ada upacara, na disitulah ibu kepala sekolah memberikan arahan dan masukan mengenai kedisiplinan di sekolah ini yang sedang berjalan, karena kedisiplinan sangatlah penting terhadap siswa/siswi dalam kehidupannya sehari kedepannya, dan setelah mereka keluar keluar dan lulus dari sekolah ini akan tetap berguna bagi mereka.

8.       Bagaimana cara Bapak menangani permasalah perilaku disiplin yang sering terjadi terhadap siswa?

Jawab: Saya langsung memanggil siswa/siswi yang bersangkutan atau siswa yang sedang mengalami permasalah tentang kedidiplinan yang ada di sekolah ini, saya langsung menangani permasalah siswa/siswi sedang dialaminya saya selalu melakukan hal begitu karena saya mengininkan siswa/siswi di sini bisa belajar dengan tenang dan bisa konsenterasi dalam menjalankan pelajaran yang sedang dihadapi oleh siswa/siswi.

9.   Apakah ada perubahan dalam penanganan permasalahan perilaku disiplin yang sering terjadi di sekolah ?

Jawab: Biasanya, kalau perubahan itu biasanya wali kelas sendiri yang langsung turun tangan dalam penanganan perilaku kedisiplinan terhadap siswa/siswi, tetapi kalau memang seandaninya ada siswa yang sering tidak masuk kelas maka wali kelas memberitahu saya dan saya langsung memanggil siswa/siswi yang sedang bermasalaha, biasanya saya langsung memanggil dan menanyakan kepada siswa yang sedang bersangkutan biasaya saya langsung memberikan arahan dan masukan kepada siswa/siswi yang sedang mengalami permasalahan samapai tuntas, supaya siswa/siswi bisa belajar dengan tengan dan konsenterasi dalam melaksanakan belajar di kelas.

 

Wawancara dengan siswa

 

1.   Bagaimana pendapat anda terhadap peran guru BK dalam penanganan prilaku disiplin terhadap siswa?

Jawab: Peran guru BK dalam penanganan perilaku kedisiplinan siswa itu sangat baik, karena guru BK selalu memberikan masukan terhadap siswa dalam menjalankan kedisiplinan yang ada di sekolah ini guru BK sangat berperan aktif terhadap penanganan prilaku kedisiplinan yang ada di sekolah.

2.       Apa saja kebijakan-kebijakan guru BK dalam penanganan perilaku terhadap siswa?

Jawab: Kalau kebijakan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam penanganan perilaku siswa itu biasaya kalau kami telat di suruh cabut rumput sebagai hukumannya dan disuruh bersih-bersih perkarangan sekolah dan memberi peringatan kepada siswa yang bersangkutan yang diberikan guru BK.

3.       Apakah anda senang dengan guru BK dalam penangan perilaku disiplin terhadap anda?

Jawab: Kalau saya merasa senang karena guru BK di sekolah ini memberikan peringatan dulu terhadap siswa yang bermasalah setelah itu kalau siswa tersebut mengulanginya lagi maka guru BK akan memberikan hukuman kepada siswa yang bersangkutan.

4.       Apakah kepala sekolah sering memberikan arahan tentang kedisiplin di sekolah ?

Jawab: Kepala sekolah sangat sering dalam memberikan arahan mengenai kedisiplinan di sekolah ini, biasanya kepala sekolah dalam memberikan arahan tentang kedisiplinan itu biasanya kepala sekolah pembina upacara pada hari senin maka disitulah kepala sekolah sering memberikan arahan kedisiplinan di sekolah ini yang sudah berjalan sebagai mana mestinya.

5.       Bagaimana tanggapan anda tentang penanganan perilaku disiplin yang di lakukan oleh guru BK?

Jawab: Cukup baik, karena guru BK disini seperti yang saya bilang tadi pertama guru BK mengikatkan terlebih dahulu kalau memang diulangi lagi maka guru BK akan memanggilnya sampai siswa tersebut jera terhadap hukuman yang diberikan oleh guru BK, supaya tidak mengulanginya lagi.

6.       Menurut anda apakah guru BK sudah menerapkan tentang kedisiplinan di sekolah ini?

Jawab: Sudah karena guru BK sudah memberikan peringatan, hukuan dan arahan kepada siswa.

7.    Apakah guru BK dan kepala sekolah saling bekerja sama dalam melakukan perilaku kedisiplinan terhadap siswa ?

Jawab: Bekerja sama tapi biasanya kepala sekolah dalam pembinaan upacara memberikan arahan dan masukan tentang kedisiplinan dan kalau guru BK bisanya di ruang kelas dan saling bekerja sama antara satu dengan yang lain.

8.    Menurut anda apakah dengan keberadaan guru BK di sekolah ini memberikan dampak yang baik terhadap sekolah ?

Jawab: Memberikan dampak yang baik karena guru BK mengingatkan tentang kedisiplinan seperti tidak bisa keluar baju bagi yang cowok, terutama dalam kedisiplinan yang ada di sekolah ini.

9.      Bagaimana pendapat anda mengenai program perilaku kedisiplinan di sekolah ini ?

Jawab: Kalau kedisiplina yang ada di sekolah ini sangat ditegakan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang ada di sekolah ini.

10.  Apakah dengan adanya penerapan perilaku kedisiplinan di sekolah ini memberikan dampak positif terhadap anda ?

Jawab: sangat positif karena guru BK itu sangat berperan dalam penangana perilaku kedisiplina yang ada di sekolah ini.




 

 

 

 

 

 

 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Ibtida’, Washal dan Waqaf serta pembagiannya

QOLQOLAH, TAFKHIM DAN TARQIQ, GHUNNAH MUSYADDADAH DAN IDGHAM

Pengertian Gharib dan macam-macamnya

Terjemah Al-Qur'an : Sejarah, Pengertian, macam-macam dan syarat-syarat penerjemah

Pengertian Mad dan Macam-macamnya