PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENANGANAN PERILAKU INDISIPLINER SISWA DI MTS AL-IMAN BULUS PURWOREJO
PERAN GURU
BIMBINGAN KONSELING DALAM PENANGANAN PERILAKU INDISIPLINER SISWA
DI MTS AL-IMAN
BULUS PURWOREJO
Dosen Pembimbing
: Dr.Nasehudin,M.Pd
PENDIDIKAN JARAK JAUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PJJ PAI)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SIBER SYEKH NURJATI CIREBON 2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada umumnya pendidikan itu adalah suatu
proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaan, dalam proses dewasa itulah muncul sebuah interaksi
antara individu dengan lingkungannya, baik di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan luar, misalnya di sekolah sebagai salah satu lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan formal yang mempunyai peranan sangat penting untuk
mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna
bagi nusa dan bangsa.
Dalam proses pendidikan, peran guru Bimbingan
dan Konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung
dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Sejalan dengan
perkembangan
konsepsi bimbingan dan konseling, maka tujuan konselingpun dari waktu-kewaktu
mengalami perubahan mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih
komprehensif. Tujuan konseling yaitu, untuk membantu individu membuat
pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian, dan interpretasi-interpretasi dalam
hubungannya dengan situasi-situasi tertentu. Bimbingan dan konseling merupakan
salah satu komponen dari kegiatan pendidikan yang berupa bantuan dan tuntutan
pada individu pada umumnya dan siswa di sekolah pada khususnya dalam rangka
peningkatan mutunya serta bertujuan untuk membentuk peserta didik agar mampu
memahami diri sendiri dan mengarahkan kemampuannya sesuai dengan bakat dan minatnya.
Anak didik sebagai generasi penerus
bangsa, sejak dini harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan
manusia, yang berguna bagi dirinya masing-masing, agar berlangsung secara
tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu sebagai ketentuan tata tertib
hidup harus dipatuhi atau ditaatinya. Pelanggaran atau penyimpangan dari tata
tertib itu akan merugikan dirinya dan bahkan dapat ditindak dengan mendapat
sanksi atau hukuman. Ketaatan dan kepatuhan dalam menjalankan tata tertib
kehidupan, tidak akan dirasa memberatkan bila dilaksanakan dengan kesadaran
akan penting dan manfaatnya. Kemauan dan kesediaan mematuhi disiplin itu datang
dari dalam diri orang yang bersangkutan atau tanpa paksaan dari luar atau orang
lain, khususnya diri anak didiknya. Akan tetapi dalam keadaan seseorang belum
memiliki kesadaran untuk mematuhi tata tertib, yang sering dirasakannya
memberatkan atau tidak mengetahui manfaat dan kegunaannya, maka diperlukan
tindakan memaksakan dari luar atau dari orang yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan atau mewujudkan sikap disiplin. Kondisi seperti itu sering ditemui
pada kehidupan remaja, yang mengharuskan pendidiknya melakukan pengawasan agar
tata tertib kehidupan dilaksanakan, yang sering kali mengharuskan juga untuk
memberikan sanksi atau hukuman karena pelanggaran yang dilakukan oleh anak
didiknya.
Seharusnya proses pendidikan melalui
disiplin, bahwa setiap anak didik harus dikenalkan dengan tata tertib (termasuk
perintah), diusahakan untuk memahami manfaat atau kegunaannya, dilaksanakan
dengan tanpa ataudengan paksaan, termasuk juga usaha melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaanya, diperbaiki jika dilanggar atau tidak dipatuhi termasuk
juga diberikan sanksi atau hukuman jika diperlukan. Apabila disiplin itu telah
terbentuk maka akan terwujudlah disiplin pribadi yang kuat, yang setelah dewasa
akan diwujudkan pula dalam setiap aspek kehidupan, antara lain dalam bentuk
disiplin kerja, disiplin mengatur keuangan rumah tangga dan lain sebagainya.
Menurut Zakiah Darajat berpendapat bahwa
salah satu wadah untuk mendidik disiplin bagi generasi penerus bangsa adalah
melalui sekolah. Menurutnya, sekolah hendaknya dapat diusahakan menjadi
lapangan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral anak
didik, disamping sebagai tempat pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata
lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak didik dimana
pertumbuhan mental, moral, sosial dan segala aspek kepribadian dapat berjalan
dengan baik.
Madrasah Tsanawaiyah
Al-Iman Bulus Purworejo merupakan madrasah yang berkolaborasi dengan pondok
pesantren dengan jumlah peserta didik yang mencapai 1.000 lebih serta berasal
dari berbagai daerah dan latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Dalam
proses kegiatan belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah Al-Iman keadaan disiplin siswa ternyata masih dalam
taraf perlu pembenahan secara serius oleh pihak sekolah.
Upaya peningkatan kedisiplinan siswa di
MTs Al-Iman masih terus dilakukan karena selama ini masih saja ada
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Sebagai contoh, mereka masih
banyak yang terlambat datang ke sekolah, tidak mengikuti upacara bendera dengan
tertib, tidak rapi dalam berpakaian ketika berada di lingkungan sekolah, ribut
ketika berada di dalam kelas, yang secara nyata hal-hal itu tertera dalam tata
tertib sekolah tidak boleh untuk dilakukan. Dari berbagai kenyataan diatas,
dapat dilihat bahwa ternyata pemberlakuan disiplin siswa MTs Al-Iman Bulus belum
berjalan sesuai harapan sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Penanganan
Perilaku Indisipliner Siswa di Mts Al-Iman Bulus Purworejo”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menangani indisipliner
siswa di MTs Al-Iman Bulus Purworejo?
2. Bagaiamana upaya yang
dilakukan Guru BK dalam penanganan indisipliner siswa di MTs Al-Iman
Bulus purworejo?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui cara menangani indisipliner
siswa di MTs Al-Iman Bulus Purworejo
2. Mengetahui upaya yang dilakukan Guru BK dalam penanganan indisipliner
siswa di MTs Al-Iman Bulus Purworejo
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
1.
Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini terfokus pada hal-hal
berkenaan dengan bagaimana peran guru BK dalam meningkatkan masalah
kedisiplinan siswa di MTs Al Al-Iman Bulus Gebang Purworejo
2.
Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk menggali data dan
informasi yang belum diketahui peneliti melalui beberapa partisipan yaitu,
kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling.
3.
Studi Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan “memanfaatkan dokumen-dokumen tertulis,
gambar, foto atau benda-benda lainnya yang berkaitan dengan aspek-aspek yang
diteliti
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Dasar Guru BK
1.
Pengertian Guru
BK
Guru BK adalah unsur utama pelaksanaan
bimbingan di sekolah. Guru BK adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab,
berwenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap
sejumlah peserta didik. Peran seorang guru bimbingan dan konseling sebagai
seorang konselor bagi siswa adalah memberi pemahaman terhadap kemampuan diri
siswa sendiri supaya meningkatkan dan mampu memecahkan berbagai masalah secara
individual.
Konselor adalah pihak yang membantu klien
dalam proses konseling, dan sebagai pihak yang paling memahami dasar dan teknik
konseling secara luas, konselor dalam menjalankan perannya bertindak sebagai
fasilitator bagi klien, kemudian konselor juga bertindak sebagai penasihat,
guru, konsultan yang mendampingi klien sampai klien dapat menemukan dan
mengatasi masalah yang dialaminya.
Guru bimbingan dan konseling merupakan tugas
profesional, artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga pendidik
yang berwenang mereka didik untuk menguasai seperangkat kompetensi yang
diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling dengan demikian dapat
dikatakan bahwa guru bimbingan dan konseling memang secara sengaja dibentuk dan
disiapkan untuk menjadi tenaga profesional dalam bimbingan dan konseling.
Menurut Suprianta menyataan bahwa:
Guru bimbingan
dan konseling adalah pendidik, karena itu konselor sekolah harus berkompeten
sebagai pendidik yang memiliki karaktersitik yang dapat menunjang kualitas
pribadi guru bimbingan dan konseling. Landasan dan wawasan kependidikan menjadi
salah satu kompetensi dasar konselor sekolah. Konselor sekolah adalah seorang
profesional, karena itu layanan bimbingan dan konseling harus diatur dan
didasarkan kepada regulasi perilaku yang profesional.
Lebih lanjut dalam kegiatan bimbingan dan
konseling disekolah untuk mengumpulkan data siswa, layanan informasi,
konseling, penempatan dan tindak lanjut. UU No. 20/30 pasal 1 ayat 6 dalam
Suprianta bahwa “keberadaan konselor dalam sistem pendidikan sebagai salah satu
kualifikasi pendidikan, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen pamong belajar,
tutor dan fasilitator”
2.
Peran Guru BK
Menurut Tohirin menyatakan bahwa saat ini
keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah tampak lebih baik
dibanding era sebelumnya. Pengakuan kearah layanan bimbingan dan konseling
sebagai suatu profesi sudah semakin mengkristal terutama dari pemerintah dan
kalangan profesi lainnya. Penyelenggaraan bimbingan konseling sangat memiliki
peran yang penting dalam tercapainya tujuan pendidikan. Dengan layanan
bimbingan dan konseling, diharapkan sebuah lembaga pendidikan dapat membentuk
karakter siswa yang baik dan mewujudkan nilai-nilai edukatif yang membangun.
Selain itu bimbingan dan konseling juga tempat mencurahkan segala keluh kesah
yang mungkin begitu rumit dialami suatu individu
Guru Bk di sekolah bertugas memberikan
layanan bimbingan dan konseling untuk kepentingan siswa. Berkaitan dengan hal
tersebut Ericson mengatakan bahwa kegiatan pelayanan bimbingan konseling
meliputi : Individual Inventory, the counseling, the information service,
the placement service, and the follow up service. Dapat dipertegas bahwa
tugas guru pembimbing adalah :
a.
Memasyarakatkan pelayanan
bimbingan dan konseling
b. Merencanakan program
bimbingan dan konseling terutama program satuan layanan dan satuan pendukung
c. Melaksanakan segenap
program satuan layanan bimbingan dan konseling
d. Melaksanakan program
layanan pendukung
e. Menilai proses dan hasil
pelaksanaan suatu layanan dan satuan pendukung bimbingan dan konseling
f. Menganalisis hasil
penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
g. Melaksanakan tindak lanjut
berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
h. Mengadministrasikan
kegiatan suatu layanan dan satuan pendukung bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan
i. Mempertanggung jawabkan
bimbingan dan konseling pelaksanaan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan
bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator bimbingan dan
konseling dan kepala sekolah
3.
Tugas Guru BK
Tugas utama Guru BK/Konselor adalah membantu siswa
untuk mengentaskan masalah-masalah pribadi siswa yang berhubungan dengan
pendidikan dan pelajaran. Untuk itu, Guru BK/Konselor harus memiliki kompetensi
akademik dan profesional sebagai suatu keutuhan, sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 ada empat
kompetensi yang harus dimiliki oleh konselor, diantaranya kompetensi pedagogik,
kompetensi sosial, kompetensi profesional dan salah satunya adalah kompetensi
kepribadian. Dalam kompetensi kepribadian Guru BK/Konselor perlu memiliki
kepribadian yang meliputi, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan
kebebasan memilih, menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat,
serta menampilkan kinerja berkualitas yang tinggi.
Menurut Camicall dan Calvin (dalam Abu Bakar
M.Luddin) kegiatan bimbingan dan konseling disekolah pengumpulan data siswa,
layanan informasi, konseling penempatan dan layanan tindak lanjut. Menurut Abu
Bakar M. Luddin mengemukakan bahwa tugas konselor sekolah yaitu :
a.
Memberikan siswa kesempatan
untuk berbicara tentang maslahmasalahnya
b.
Melakukan konseling dengan
keputusan yang optimal
c.
Melakukan konseling dengan
siswa yang mengalami kegagalan akademis
d.
Melakukan konseling dengan
siswa dalam mengevaluasi kemampuan pribadi dan keterbatasan
e.
Melakukan konseling dengan
siswa tentang kesulitan belajar
Tugas guru pembimbing secara umum ada dua:
“memberikan layanan bimbingan dan konseling dan mengasuh siswa”. Dalam
melaksanakan layanan berpedoman kepada BK 17 plus yang terdiri dari delapan
bidang bimbingan, sepuluh jenis layanan dan enam kegiatan pendukung. Secara
terperinci dijelaskan bidang bimbingan: pribadi, sosial, belajar, karir, agama,
keluarga, kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara. Jenis layanan:
layanan orientasi,
informasi, penempatan dan
penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok,
konseling kelompok, konsultasi, mediasi, dan layanan advokasi. Jenis kegiatan
pendukung: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan
rumah, tampilan kepustakaan, dan ahli tangan kasus.
Ciri personalitasnya berwawasan luas,
menyayangi anak, sabar dan bijaksana, lembut dan baik hati, tekun dan teliti,
menjadi contoh, tanggap dan mampu mengambil tindakan, memahami dan bersikap
positif terhadap pelayanan. Ciri profesional mencakup wawasan, pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap dalam bidang kajian pelayanan bimbingan dan
konseling.
Guru pembimbing adalah figur seorang
pemimpin. Guru pembimbing mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun
kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan
bangsa. Guru pembimbing bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang
dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara dengan baik.
4.
Ciri-Ciri
Kepribadian Guru BK
Karakteristik yang wajib dipenuhi oleh
seorang konselor untuk mencapai keberhasilannya dalam proses konseling. Menurut
pandangan Carl Roger sebagai dasar konseling, Roger menyebutkan ada tiga
karakteristik utama yang dimiliki oleh konselor yaitu sebagai berikut :
a.
Congruence
Seorang konselor terlebih dahulu memahami dirinya sendiri, antara
pikiran, perasaan, dan pengalamannya harus serasi. Konselor harus
bersungguh-sungguh harus menjadi dirinya sendiri, tanpa menutupi kekurangan
yang ada pada dirinya.
b.
Unconditional
Positif Regard
Seorang konselor harus dapat menerima respek kepada klien walaupun
dengan keadaan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan. Setiap individu
menjalani kehidupannya dengan membawa segala nilai-nilai dan kebutuhan yang dimilikinya.
Rogers mengatakan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk mengaktualisasikan
dirinya kearah yang lebih baik. Untuk itulah, konselor harus memberikan
kepercayaan kepada klien untuk mengembangkan diri mereka.
c.
Empathy
Empathy adalah memahami orang lain dari sudut kerangka berpikirnya. Selain itu,
empati yang dirasakan juga harus ditunjukkan. Konselor harus dapat
menyingkirkan nilai-nilainya sendiri, tetapi tidak boleh larut dalam
nilai-nilai klien.
B. Bimbingan dan Konseling
1.
Pengertian
Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”.
Kata “guidance” yang dasarnya “guide”. Istilah “guidance”
juga disebut bantuan atau tuntutan dan ada juga yang menerjemahkan dengan arti
pertolongan. Secara etimologis, bimbingan berarti bantuan atau tuntunan.
Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang
nenuntun. Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Hal ini mengandung pengertian
bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban dari
pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu memberikan arah
kepada yang dibimbingnya. Disamping itu, bimbingan juga mengandung makna
memberikan bantuan atau pertolongan dengan pengertian bahwa dalam menentukan
arah
diutamakan kepada yang dibimbingnya.
Bimbingan merupakan suatu proses
berkelanjutan. Artinya bimbingan bukan merupakan kegiatan secara kebetulan,
bukan incidental atau kebetulan saja, tetapi bimbingan di sini merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis, sengaja, berencana dan terarah
kepada tujuan. Bimbingan merupakan proses membantu individu. Artinya kegiatan
bimbingan bukan paksaan, akan tetapi menolong mengarahkan individu kepada
tujuan yang sesuai dengan potensi optimal.
Bimbingan adalah proses untuk membantu
individu memahami dirinya dan dunia disekelilingnya supaya ia dapat menggunakan
kemampuan dan bakat yang ada dengan optimal. Menurut Rochman Natawijaya bimbingan
adalah proses bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa, agar orang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan
kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku
2.
Pengertian
Konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal
dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau
“bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam
bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti
“menyerahkan” atau “menyampaikan”.
Konseling merupakan suatu proses untuk
membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk
mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses
tersebut dapat terjadi setiap waktu.
Bimbingan selalu berdampingan dengan makna
konseling atau dengan kata lain bahwa makna dari bimbingan dan konseling tidak
dapat dipisahkan. Oleh karena itu akan diuraikan beberapa pengertian konseling
dari pendapat para pakar pendidikan untuk memperkuat dan mempelajari bimbingan
dan konseling secara mendalam.
Menurut Abu Bakar M.Luddin bahwa:
Konseling adalah
usaha untuk membantu seseorang menolong dirinya sendiri. Konseling membantu
anak-anak membuat keputusan sendiri sehingga mereka menemukan kepuasan dan
kesenangan dalam kehidupan kerja mereka. Konseling mengakui kebebasan
individual untuk membuat keputusan sendiri dan memilih jalurnya sendiri yang
dapat mengarahkannya. Konseling bukan pervakapan, akan tetapi lebih sebagai
suatu komunikasi yang intim, respirasi percakapan dan sebagai suatu kontak.
Konseling memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengatakan apa yang ia
inginkan, membiarkan ia melegakan hatinya kedalam kata-kata yang dapat
mengurangi ketenangan emosional.
Dari beberapa pengertian konseling diatas
beragam sesuai dengan sudut pandang masing-masing, namun dalam hal ini terdapat
satu kesamaan dalam makna konseling, yaitu pemecahan masalah. Dalam proses
konseling ada tujuan secara langsung yang tertentu, yaitu pemecahan masalah
klien yang dihadapi dan proses konseling pada dasarnya dilakukan secara
individu.
3.
Prinsip-Prinsip
Bimbingan dan Konseling
Menurut Van
House (dalam Abu Bakar M.Luddin)
Prinsip
merupakan pasuan hasil kajian teoritis dan telaah lapangan yang digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksud. Dalampelayanan bimbingan dan
konseling prinsip-prinsip yang digunakan bersumberdari kajian filosofis.
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah: Bimbingan dan
Konseling dituntut bagi semua individu, bersifat individu, meneankan hal yang
positif, usaha bersama, mengambil keputusan dan berlangsung dalam berbagai
adegan (setting) kehidupan.
Menurut Abu
Bakar menjelaskan masing-masing tersebut diatas sebagai berikut :
1. Bimbingan dan konseling
diperuntukkan bagi semua individu. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan dan
konseling diberikan kepada semua individu atau peserta didik, baik yang tidak
bermasalah maupun bermasalah.
2. Bimbingan dan konseling
bersifat individu. Setiap individu bersifat unik dan melalui bimbingan dan
konseling individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya
tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan
adalah individu meskipun layanan bimbingan dan konseling menggunakan Teknik kelompok.
3. Bimbingan dan konseling
menekankan hal yang positif. Dalam kenyataannya masih ada yan memiliki persepsi
yang negatif terhadap bimbingan dan konseling. Karena bimbingan dan konseling
dipandang sebagai satu cara yang menekankan aspirasi.
4. Bimbingan dan konseling
merupakan usaha bersama. Bimbingan dan konseling bukan hanya untuk tugas atau
tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka
sebagai team work terlibat dalam proses bimbingan dan konseling.
5. Pengambilan keputusan
merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan dan
konseling diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan
mengambil keputusan. Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting
kehidupan.
6. Pemberian layanan bimbingan
dan konseling tidak hanya berlangsung disekolah, tetapi juga dilingkungan
keluarga, perusahaan/industri, Lembaga pemerintahan/swasta dan masyarakat pada
umumnya.
4.
Tujuan Bimbingan
dan Konseling
Secara umum bimbingan dan konseling dalam
keseluruhan bimbingan di pendidikan lembaga pendidikan adalah membantu seluruh
peserta didik melalui pelayanan (yaitu tertuju kepada masing-masing) pribadi,
agar mencapai tahap perkembangan optimal baik secara akademis, psikologis,
maupun sosial. Secara akademis pelayanan ini bertujuan agar setiap peserta
didik mencapai penyesuaian akademis secara memadai dan mencapai prestasi
belajar secara optimal. Secara psikologis pelayanan bimbingan dan konseling
bertujuan agar peserta didik mencapai perkembangan yang ditandai dengan
kematangan dan kesehatan pribadi. Juga secara sosial pelayanan ini bertujuan agar
setiap peserta didik dapat mencapai penyesuaian dan memiliki keterampilan
sosial secara memadai.
Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling
merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan
permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan
kompleksitas permasalahannya itu. masalah-masalah individu bermacam ragam
jenis, intensitas, dan sangkut-pautnya, serta masing-masing bersifat unik. Oleh
karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu
bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling untuk seorang individu
berbeda dari (dan tidak boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling
untuk individu lainnya.
Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling
ialah agar konseli (peserta didik) dapat merencanakan kegiatan penyelesaian
studi, (1) perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang, (2)
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin,
(3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta
lingkungan kerjanya, (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam
studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan masyarakat, maupun lingkungan
kerjanya
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka
harus mendapatkan kesempatan untuk (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan,
dan tugas-tugas perkembangan, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang
yang ada dilingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana
hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi
kesulitankesulitan sendiri, (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan
dirinya, kepentingan lembaga tempat bekrja dan masyarakat, (6) menyesuaikan
diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, dan (7) mengembangkan
segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal
C. Perilaku Indisipliner Siswa
Perilaku indisipliner siswa dapat
dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun arti yang sesungguhnya tidaklah
demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang berarti
latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat.
jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap
pekerjaan.
Indisipliner
siswa merupakan tindakan atau perilaku yang tidak baik apalagi dalam mematuhi
tata tertib sekolah yang mengarah pada kondusif dan kenyaman sekolah. Indisipliner
tidak hanya memperburuk diri sendiri tetapi juga orang lain. Jika ada siswa
yang melakukan indisipliner, perilaku ini bukanlah hal yang timbul begitu saja,
namun ada faktor yang menyebabkan indisipliner serta banyak hal yang
mempengaruhinya. Seorang siswa bisa saja tidak mau melakukan indisipliner. Namun,
jika satu dan hal yang lain menjadi pemicunya tetap siswa melakukan pelanggaran
peraturan atau tidak disiplin sehingga berperilaku indisipliner. Untuk itu
mengetahui faktor- faktor yang menjadi penyebab dari indisipliner siswa dalam
mematuhi tata tertib disekolah adalah salah satu cara untuk membut siswa
menjadi lebih disiplin.
D. Faktor-faktor
Penyebab Indisipliner Siswa
Perilaku
indisipliner siswa dalam mematuhi tata tertib di Sekolah memiliki banyak faktor
yang mempengaruhi dan menyebabkan siswa melakukan perilaku indisipliner
tersebut, untuk itu peneliti membagi menjadi empat faktor, yaitu :
1.
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal
dari dalam diri siswa itu sendiri. Misalnya keinginan dari diri siswa sendiri
untuk melakukan perilaku indisipliner atau ketidakdisiplinan disekolah tanpa
memperdulikan dampaknya bagi orang lain atau pun dirinya sendiri. Bisa pula
yang diakibatkan karena ketidakpahaman siswa mengenai tata tertib yang harus
dipatuhi sehingga mengakibatkan siswa tidak disiplin. Ada pula penyebab karena
siswa terlalu menganggap sepele perilaku indisipliner dan menganggap
perilaku indisipliner hal yang
mudah atau menganggap indisipliner
dalam pelanggaran kecil sehingga tidak ada kemauan untuk memperbaiki diri.
Tetapi faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa ini agak sulit untuk
di ketahui apakah
benar dari siswa
itu sendiri atau karena
fakor lainnya. Karena siswa harus
melalui pengamatan yang lebih mendalam dan harus diamati keseharian siswa
tersebut
2.
Faktor Eksternal
Faktor Kebutuhan ekonomi dapat pula menjadi
penyebab siswa melakukan perilaku indisipliner misalkan baju yang tidak
dimasukkan, karena baju siswa yang sudah tidak muat lagi atau kekecilan
sedangkan orang tuanya tidak memiliki uang untuk membeli baju baru yang
layak pakai sehingga
menjadi penyebab siswa tidak berpakaian rapi. Mematuhi tata tertib dikarenakan
adanya faktor-faktor penyebab baik secara internal maupun
eksternal. Indikator faktor penyebab
siswa melakukan indisipliner dapat dilihat melalui indikator karakter disiplin dalam
mematuhi tata tertib sekolah
BAB III
HASIL OBSERVASI
DAN PEMBAHASAN
A. Cara Menangani Indisipliner Siswa
Perilaku indisipliner siswa tersebut, diberi tindakan
dan telah ditangani sekolah oleh pemimpin sekolah dan stakeholder yang
ada di sekolah baik secara preventif maupun reprensif diantaranya, yaitu :
1.
Membentuk
Keteladanan
Untuk menjadi guru yang profesional harus mampu mejadi teladan yang baik
bagi siswa, karena menurut Mulyasa
(2012: 166) Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, terutama dalam
pendidikan karakter disiplin, yang sangat berperan dalam membentuk pribadi dan karakter disiplin
siswa lebih taat dan patuh terhadap peraturan
di sekolah.
2.
Memberikan Peringatan Kepada Siswa
Memberikan peringatan kepada siswa, agar dapat memberantas tindak
indisipliner siswa secara tuntas tidak bisa dilakukan secara parsial atau
setenga-setengah, tetapi harus secara total dan sistematis. Hal ini hanya
mungkin berhasil melalui penerapan yang ada di sekolah oleh pemimpin sekolah
atau kepala sekolah dan guru. Peringatan tersebut dapat berupa nasihat yang
diberikan guru kepada siswa yang melakukan perilaku indisipliner
3.
Mencatat Siswa
Jika masih ada siswa yang melakukan indisipliner sebaiknya dicatat agar
guru lebih mengingat siswa yang telah
dan sering melakukan Indisipliner atau pelanggaran dan sudah berapa kali
siswa tersebut melakukan indisipliner
disekolah, sehingga guru mampu menanyakan langsung kepada orangtua/wali siswa dan mencari tahu mengapa
hal tersebut terjadi dan apa hal yang harus
dilakukan agar siswa tidak mengulangi perilaku indisiplinernya tersebut.
4.
Memberikan Hukuman
Hukuman yang diberikan kepada siswa bukanlah hukuman yang menyakitkan
atau hukuman seperti pukulan yang akan mengganggu psikis siswa. Tetapi
memberikan hukuman mendidik seperti siswa yang terlambat dihukum dengan cara
memungut sampah terlebih dahulu, setelah itu baru boleh mengikuti pembelajaran
di kelas
B. Upaya Guru BK dalam penanganan indisipliner siswa
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
merupakan usaha membantu peserta didik dalam mengembangkan kehidupan pribadi,
kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karier.
Pelayanan ini memfasilitasi pengembangan
peserta didik, secara individual, kelompok,
dan klasikal, sesuai
dengan kebutuhan, potensi,
bakat, minat, perkembangan,
kondisi, serta peluang-peluang
yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan
serta masalah yang dihadapi peserta didik, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Salah satu upaya
guru BK dalam menangani indisipliner siswa di MTs Al-Iman Bulus adalah yang
pertama kedisiplinan para guru sebagai wujud keteladanan. Selain itu Guru BK
aktif dalam pengawasan pada saat kegiatan dengan cara berpatroli dilingkungan
sekolah. Kemudian yang kedua guru BK di MTs Al-Iman Bulus bekerja sama dengan
para guru akademik untuk memperhatikan keadaan siswa baik dari segi kehadiran,
kerapihan, belajar, dan tatakrama. Selain itu guru BK juga bekerjasama dengan
pihak Pondok Pesantren terkhusus dengan bagian keamanan yang mengurusi berbagai
masalah di Pondok, Sehingga dengan begitu guru BK dapat terbantu untuk
melaksanakan layanan bimbingan dan konseling individual dalam meningkatkan
kedisiplinan sehingga dengan begitu guru BK.
Adapun apabila ada salah satu siswa yang
bermasalah, guru BK segera memanggil anak tersebut ke ruangan guru BK dan
menanyakan apa permasalahan yang telah terjadi, namun apabila masalah tersebut
sudah diluar kewajaran maka guru BK langsung memberikan surat kepada orang tua
untuk menghadap kepada guru BK, apabila orang tuanya tidak hadir maka cara yang
terakhir adalah kunjungan kepada rumah siswa.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan analisis hasil
dan pembahasan mengenai penelitian yang telah dilaksanakan dari tanggal 15 Mei 2024
– 01 Juni 2024, maka dapat disimpulkan bahwa faktanya setiap hari selalu ada
siswa di MTs Al-Iman Bulus yang melakukan indisipliner di sekolah dengan berbagai
macam bentuk yang beragam. Pelanggaran
yang paling sering dilakukan oleh siswa adalah mengenai indisipliner dalam hal
berpakaian, tidak bersepatu, datang terlambat dan baju yang dikeluarkan. Sedangkan
bentuk pelanggaran yang tidak pernah terlihat adalah mengenai merokok
dilingkungan sekolah.
2. Indisipliner siswa di MTs
Al-Iman Bulus ada dua faktor yaitu, faktor internal atau yang berasal dari diri siswa sendiri dan faktor
eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa yang terdiri dari
faktor lingkungan pertemanan, faktor ekonomi dan faktor keluarga, adanya
bentuk indisipliner dalam hal
berpakaian setiap hari
dikarenakan pakaiannya hilang dan
siswa tidak mampu untuk membeli pakaian seragam
sekolah, ada pula
siswa yang merasa
kepanasan mengakibatkan baju dikeluarkannya, bahkan ada pula yang
sengaja karena agar di anggap siswa yang keren
3. Berbagai upaya telah
dilakukan oleh Guru BK MTs Al-Iman dalam menangani siswa-siswa indispliner
dengan cara memberikan keteladanan dalam hal kedisiplinan, bekerjasama dengan
guru akademik serta pihak Pondok Pesantren, bahkan beberapa kali guru BK
memanggil orang tua yang anaknya memilih masalah yang cukup parah. Hal ini
dilakukan oleh guru BK agar dalam melakukan penanganan terhadap siswa-siswa
yang indisipliner lebih mudah.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu Bakar M.Luddin, (2009), Kinerja Kepala
Sekolah Dalam Kegiatan Bimbingan Dan Konseling, Bandung : Cipta Pustaka
Media Perintis, hal 47
Bimo Walgito, (2010), Bimbingan dan Konseling
(Studi & Karir), Yogyakarta : CV Andi Offset, hal 6
Djumhur & Moh. Surya, Bimbingan Dan Konseling di Sekolah,
(Bandung: Ilmu, 1975), h. 6
Mamat Suprianta, (2011), Bimbingan dan
Konseling Berbasis Kompetensi Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor, Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, hal 11
Namora Lumongga, (2014), Memahami Dasar-dasar
Konseling Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta : Kencana, hal 21
Prayitno & Erman Amti, (2013), Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling, Jakarta : PT Rineka Cipta, hal 114
Pupuh Fathurrohman, (2014), Urgensi Bimbingan
Dan Konseling Di Perguruan Tinggi, Bandung : PT Refika Aditama, hal 18
Sisrianti, dkk, (2013), Persepsi Siswa Tentang
Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan Dan Konseling/Konselor Di Smp N 5
Pariaman, Jurnal Ilmiah KonselingVol 2 No 1
Tohirin, (2014), Bimbingan dan Konseling di
Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, hal 257
Yusuf Muhammad Al -Hasan, Pendidikan Anak dalam Islam, ( Jakarta :
Darul Haq, 2004), h.52
Zakiah Darajat, “Pendidikan Moral bagi Generasi Mendatang”, Majalah
Perkawinan dan Keluarga, No. 327, 1999.
LAMPIRAN I
INTRUMEN
WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH, GURU BK, DAN SISWA DI MTs AL-IMAN BULUS
PURWOREJO
NO |
RUMUSAN
MASALAH |
ASPEK YANG
DITANYAKAN |
SUMBER
INFORMASI |
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA |
1 |
Bagaimana cara
menangani indisipliner siswa di MTs Al-Iman Bulus Purworejo |
1.
Sejak kapan Bapak mulai
menjadi kepala sekolah di MTs Al-Iman Bulus ? 2.
Menurut Bapak bagaimana
peran guru BK dalam penanganan perilaku indisipliner terhadap siswa ? 3.
Apa saja kebijakan-kebijakan
yang Bapak terapakan kepada guru BK dalam penanganan perilaku indisipliner
terhadap siswa ? 4.
Menurut Bapak apa saja
langkah-langkah yang telah dilakukan guru BK dalam penanganan perilaku
indisipliner terhadap siswa? 5.
Menurut Bapak apa saja
fungsi guru BK dalam penanganan perilaku indisipliner terhadap siswa ? |
Kepala Sekolah |
Wawancara |
2 |
upaya apa yang
dilakukan Guru BK dalam penanganan indisipliner siswa di MTs Al-Iman
Bulus purworejo |
6.
Bagaimana cara Bapak
dalam mengatasi masalah perilaku indisipliner terhadap siswa ? 7.
Kegiatan apa saja yang
sudah dilaksanakan, apakah berjalan dengan baik? 8.
Upaya apa yang Bapak
lakukan dalam mengatasi permasalahan siswa yang indisipliner ? 9.
Bagamana tanggapan Bapak
mengenai guru BK di sekolah ini dalam penanganan perilaku disiplin ? 10. Menurut Bapak, apakah guru BK sudah menjalankan tugasnya dalam
penanganan perilaku disiplin terhadap siswa ? |
Kepala Sekolah |
Wawancara |
3 |
|
1.
Sudah berapa lama Bapak
menjabat sebagai guru BK di MTs Al-Iman Bulus Purworejo ? 2.
Apa saja yang Bapak
lakukan dalam penanganan tentang kedisiplinan di sekolah ? 3.
Apakah kepala ikut
berperan dalam penanganan perilaku siswa dalam kedisiplinan? 4.
Bagaimana cara Bapak
menangani siswa yang sering melanggar kedisiplinan di sekolah ? 5.
Upaya apa yang Bapak
lakukan dalam mengatasi permasalahan perilaku siswa ? 6.
Menurut Bapak apakah
dengan adanya penanganan permasalah perilaku siswa ada perubahan ? 7.
Apakah kepala sering
memberikan arahan terhadap penanganan perilaku disiplin terhadap siswa ? 8.
Bagaimana cara Bapak
menangani permasalah perilaku disiplin yang sering terjadi dikalangan siswa ? 9.
Apakah ada perubahan
dalam penanganan permasalahan perilaku disiplin yang sering terjadi di
sekolah ? |
Guru BK |
Wawancara |
4 |
|
1.
Bagaimana pendapat anda
terhadap peran guru BK dalam penanganan prilaku disiplin terhadap siswa? 2.
Apa saja
kebijakan-kebijakan guru BK dalam penanganan perilaku terhadap siswa? 3.
Apakah anda senang dengan
guru BK dalam penangan perilaku disiplin terhadap anda? 4.
Apakah kepala sekolah
sering memberikan arahan tentang kedisiplinan disekolah ? 5.
Bagaimana tanggapan anda
tentang penanganan perilaku disiplin yang di lakukan oleh guru BK 6.
Menurut anda apakah guru
BK sudah menerapkan tentang kedisiplinan di sekolah ini? 7.
Apakah guru BK dan kepala
sekolah saling bekerja sama dalam melakukan perilaku kedisiplinan terhadap
siswa ? 8.
Menurut anda apakah
dengan keberadaan guru BK di sekolah ini memberikan dampak yang baik terhadap
sekolah ? 9.
Bagaimana pendapat anda
mengenai program perilaku kedisiplinan di sekolah ini ? 10.
kedisiplinan di sekolah
ini memberikan dampak positif terhadap anda ? |
Siswa |
Wawancara |
LAMPIRAN II
Wawancara dengan
kepala sekolah
1. Sejak kapan Bapak
mulai menjadi kepala sekolah di MTs Al-Iman Bulus Purworejo?
Jawab: Saya menjabat
sebagai kepala sekolah di MTs Al-Iman Bulus sudah 5 tahun.
2. Menurut Bapak
bagaimana peran guru BK dalam penanganan perilaku indisipliner terhadap siswa
Jawab: Peran guru BK
dalam penanganan perilaku kedisiplinan yang sudah berjalan lama di sekolah ini,
guru BK sangat aktif dalam menjalankan tugasnya sebagai guru BK, biasanya guru
BK selalu menangani langsung siswa/siswi yang mengalami masalah yang sedang dihadapi
oleh siswa/siswi sampai masalah tersebut bisa dituntaskan dengan baik dan
siswi/siswi tersebut tidak mengulangi lagi permasalahan yang berulang-ulang
sampai siswa tersebut jera.
3. Apa saja
kebijakan-kebijakan yang ibu terapkan kepada guru BK dalam penanganan perilaku
indisipliner terhadap siswa ?
Jawab: Saya dan guru
BK saling bekerjasama dalam memberikan penanganan kedisiplinan perilaku siswa
di MTs Al-Iman Bulus demi kelancaran proses belajar mengajar di sekolah ini,
biasanya guru BK pertama sekali mengingatkan siswa/siswi tersebut, setelah itu kalua
memang siswa/siswi tersubut mengulanginya lagi maka guru BK akan bertindang
langsung dalam menangai permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa/siswi
tersebut sampai tuntas dan tidak mengulanginya lagi.
4. Menurut Bapak
apa saja langkah-langkah yang telah dilakukan guru BK dalam penanganan perilaku
indisipliner terhadap siswa?
Jawab: Guru BK setiap
hari memantau kondisi di kelas mana siswa/siswi yang harus dibimbing dan
diarahkan baik dalam segi kedisiplinannya, kemauan belajarnya dan dari segi
bakat dan mintanya jadi sampai kebakat minat siswa/siswi kita arahkan dan
diarakan oleh guru BK.
5. Menurut Bapak
apa saja fungsi guru BK dalam penanganan perilaku indisipliner terhadap siswa ?
Jawab: Guru BK ini sebenarnya sangat berperan aktif dari segala
segi pada umummya khusunya dalam kedisiplinan yang ada itu guru BK harus memantau
selalu terhadap siswa/siswi yang ada di sekolah ini, baik itu dari segi
belajaranya dan dari segi kedisiplinan akhlak dan karakternya semuanya harus
kehadiranya dijaga baik itu dari segi ilmunya dia belajar dan karakternya itu
harus semuanya kita jaga itu tidak hanya semata tugas guru BK tapi guru-guru
yang lain dan harus saling bekerja sama antara satu dengan yang lainnya.
6. Bagaimana cara Bapak
mengawasi tentang mengatasi masalah perilaku disiplin terhadap siswa ?
Jawab: Siswa/siswi
yang ada di sekolah ini harus kita pantau dengan baik, jadi mereka tidak
terlepas dari pantauan guru-guru di sekolah ini karena sekolah ini sistimnya kan
ada asrama maka dari situlah guru, ustadzah dan ustadnya saling bekerja sama
antara satu dengan yang lainnya karena disini orang tuanya tidak ada karena
mereka tinggal di asrama, maka disini guru BK harus berperan sangat aktif dalam
menjalankan perannya sebagai guru BK karena siswa/siswi disini sangat
membutuhkan bimbingan dan arahan kepada siswa dari guru BK, mereka masuk dan
kita lihat kehadirannya kalau seandainya satu hari tidak masuk maka harus kita tanyak
langsung, dan harus menanyakan lansung dan memberi tahu karena disini seluruh
aceh ada, bahkan dari luar aceh yang sekolah disini, maka kami di sekolah ini
harus berperan aktif terhadap kedisiplinan yang sudah diterapkan di sekolah
ini.
7. Kegiatan apa
saja yang sudah dilaksanakan, apakah berjalan dengan baik?
Jawab: Kalau kita
katakan berjalan dengan baik itu relatif iya, cuman kita tidak hanya guru BK
saja yang berperan aktif dalam penanganan perilku kedisiplinan siswa yang ada
disini kami semua yang berkerja di sekolah ini baik itu guru asrama kami saling
membantu antara satu dengan yang lainnya dalam penanganan kedisiplinan yang
telah kami buat bersamasama dan sudah kami jalani sampai sekarang ini.
8. Upaya apa yang Bapak
lakukan dalam mengatasi permasalahan siswa yang sering dilakukan ?
Jawab: Saya akan
memanggil siswa/siswi yang sering melanggar peraturan yang ada di sekolah ini
seperti kedisiplinan yang sudah dijalankan di sekolah, dan saya akan memanggil
siswa/siswi tersebut dan saya berusaha memberikan arahan dan masukan yang baik
terhadap siswa/siswi yang sering mengalami permasalahan dan melanggar peraturan
di sekolah, saya selalu bekerja sama antara guru BK dan setap-setap yang ada di
sekolah ini dalam menangani permasalahan siswa/siswi.
9. Bagaimana
tanggapan Bapak mengenai guru BK di sekolah ini dalam penanganan perilaku
disiplin?
Jawab: Guru BK disini
sangat berperan aktif dalam menjalankan tugasnya sebagai guru BK disini dan
guru BK sudah melakukan pendekatan terhadap siswa/siswi.
10. Menurut Bapak,
apakah guru BK sudah menjalankan tugasnya dalam penanganan perilaku disiplin
terhadap siswa ?
Jawab: Beliau sudah
menjalankan tugasnya cuman kalau kita katakana sudah maksimal bekerjanya sudah
maksimal, tapi untuk sempurna itu kan belum sampai sempurana sudah bekerja
dengan aktif dalam menjalankan perannya sebagai guru BK dalam penanganan
perilaku kedisiplinan terhadap siswa yang sudah dijalankan selama ini.
Wawancara dengan
guru BK
1. Sudah berapa
lama Bapak menjabat sebagai guru BK di MTs Al-Iman Bulus Purworejo ?
Jawab: Saya
menjabat sebagai guru BK di sekolah sudah 2 tahun.
2. Apa saja yang
Bapak lakukan dalam penanganan tentang kedisiplinan di sekolah ?
Jawab:
Sebenarnya di sini bukan hanya sekolah tetapi asrama pun ada tidak seperti sekolah
umum biasanya, biasanya kalau di sini siswa/siswi pulang, izin itu dari
ustadzah dan ustadnya, guru BK di sini hanya pemantau melalui absen saya lihat
di absen uda berapa kali tidak masuk atau sakit itu baru saya tangani atau saya
panggil siswa/siswi yang bersangkutan tersebut. Saya, ustadzah dan ustad maupun
kepala sekolah saling bekerja sama dalam penanganan kedisiplian yang sedang
berjalan di sekolah ini sehingga bisa tercapai dengan tujuan yang diinginkan.
3. Apakah kepala
sekolah ikut berperan dalam penanganan perilaku siswa dalam kedisiplinan ? Jawab:
Iya, kepala sekolah sangat berperan dalam penanganan masalah siswa/siswi yang
ada di sekolah, saya dan kepala sekolah saling bekerja sama dalam penanganan
kedisiplinan yang ada di sekolah, kedisiplinan yang ada di sekolah dan sedang
berjalan sangatlah penting untuk siswa/siswi kedepannya, terhadap kehidupan
sehari-hari.
4. Bagaimana cara Bapak
menangani siswa yang sering melanggar kedisiplinan di sekolah ?
Jawab:
Sebenarnya kalau saya lihat, kedisiplinan di sekolah sudah disiplin, cuman
karna di sekolah ini ada asramanya dan saya lihat siswanya sering melanggar di
asrama dan mereka bawak-bawak ke sekolah sering datang terlambat kesekolah,
tidak pakai sepatu dan lain sebagainya alasannya karna di curi sama kawannya,
saya memanggil siswa tersebut dan menanyakan langsung kepadanya tentang
permasalahan yang di hadapai kalau siswa sering melanggar peraturan sekolah
maka saya dan kepala sekolah saling bekerja sama dan memanggil orang tua dan
murid tersebut.
5. Upaya apa yang Bapak
lakukan dalam mengatasi permasalahan perilaku siswa ?
Jawab: Kalau
disisi perilaku yang menonjol atau berkelahi tidak ada kecuali di asrama itu
saya kurang tau karna di situ akan di tangani langsung oleh ustad dan
ustadzahnya mengenai permasalahan yang di hadapai oleh siswa/siswinya tersebut.
Cuman kalau di sekolah kalau melanggar peraturan baru guru BK yang menangni
tentang permasalan yang di hadapi siswa tersebut, biasanya saya menanyakan
langsung kepada siswa/siswi yang bersangkutan dan siswa/siswi pun mengutarakan
permasalahan yang sedang dia hadapi maka saya sebagai guru BK berusaha untuk
memberikan masukan, arahan, dan motivasi untuk siswa/siswi tersebut supaya siswa/siswi
bisa keluar dari permasalan yang di hadapi, dan supaya siswa bisa mematuhi
peraturan yang ada di sekolah.
6. Menurut Bapak
apakah dengan adanya penanganan permasalah perilaku siswa ada perubahan ? Jawab:
Iya ada, saya benar-benar membimbing anak-anak yang sedang mengalami
permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa/siswi dalam penanganan perilaku
kedisiplinan siswa/siswi di sekolah, yang sering melanggar peraturan yang ada
di sekolah dan saya memberikan arahan dan masukan kepada siswa/siswi sampai
siswa/siswi tersebut bisa sadar dan benar-benar tidak mengulangi lagi dan tidak
melanggar peraturan yang telah disepakati bersama-sama.
7. Apakah kepala
sekolah sering memberikan arahan terhadap penanganan perilaku disiplin terhadap
siswa ?
Jawab: Sering,
disinikan setiap hari senin ada upacara, na disitulah ibu kepala sekolah
memberikan arahan dan masukan mengenai kedisiplinan di sekolah ini yang sedang
berjalan, karena kedisiplinan sangatlah penting terhadap siswa/siswi dalam
kehidupannya sehari kedepannya, dan setelah mereka keluar keluar dan lulus dari
sekolah ini akan tetap berguna bagi mereka.
8. Bagaimana cara Bapak
menangani permasalah perilaku disiplin yang sering terjadi terhadap siswa?
Jawab: Saya
langsung memanggil siswa/siswi yang bersangkutan atau siswa yang sedang
mengalami permasalah tentang kedidiplinan yang ada di sekolah ini, saya
langsung menangani permasalah siswa/siswi sedang dialaminya saya selalu
melakukan hal begitu karena saya mengininkan siswa/siswi di sini bisa belajar
dengan tenang dan bisa konsenterasi dalam menjalankan pelajaran yang sedang
dihadapi oleh siswa/siswi.
9. Apakah ada
perubahan dalam penanganan permasalahan perilaku disiplin yang sering terjadi
di sekolah ?
Jawab: Biasanya,
kalau perubahan itu biasanya wali kelas sendiri yang langsung turun tangan
dalam penanganan perilaku kedisiplinan terhadap siswa/siswi, tetapi kalau
memang seandaninya ada siswa yang sering tidak masuk kelas maka wali kelas
memberitahu saya dan saya langsung memanggil siswa/siswi yang sedang
bermasalaha, biasanya saya langsung memanggil dan menanyakan kepada siswa yang
sedang bersangkutan biasaya saya langsung memberikan arahan dan masukan kepada
siswa/siswi yang sedang mengalami permasalahan samapai tuntas, supaya
siswa/siswi bisa belajar dengan tengan dan konsenterasi dalam melaksanakan belajar
di kelas.
Wawancara dengan
siswa
1. Bagaimana
pendapat anda terhadap peran guru BK dalam penanganan prilaku disiplin terhadap
siswa?
Jawab: Peran
guru BK dalam penanganan perilaku kedisiplinan siswa itu sangat baik, karena
guru BK selalu memberikan masukan terhadap siswa dalam menjalankan kedisiplinan
yang ada di sekolah ini guru BK sangat berperan aktif terhadap penanganan
prilaku kedisiplinan yang ada di sekolah.
2. Apa saja
kebijakan-kebijakan guru BK dalam penanganan perilaku terhadap siswa?
Jawab: Kalau
kebijakan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam penanganan perilaku siswa
itu biasaya kalau kami telat di suruh cabut rumput sebagai hukumannya dan
disuruh bersih-bersih perkarangan sekolah dan memberi peringatan kepada siswa
yang bersangkutan yang diberikan guru BK.
3. Apakah anda
senang dengan guru BK dalam penangan perilaku disiplin terhadap anda?
Jawab: Kalau
saya merasa senang karena guru BK di sekolah ini memberikan peringatan dulu
terhadap siswa yang bermasalah setelah itu kalau siswa tersebut mengulanginya
lagi maka guru BK akan memberikan hukuman kepada siswa yang bersangkutan.
4. Apakah kepala
sekolah sering memberikan arahan tentang kedisiplin di sekolah ?
Jawab: Kepala
sekolah sangat sering dalam memberikan arahan mengenai kedisiplinan di sekolah
ini, biasanya kepala sekolah dalam memberikan arahan tentang kedisiplinan itu
biasanya kepala sekolah pembina upacara pada hari senin maka disitulah kepala
sekolah sering memberikan arahan kedisiplinan di sekolah ini yang sudah berjalan
sebagai mana mestinya.
5. Bagaimana
tanggapan anda tentang penanganan perilaku disiplin yang di lakukan oleh guru
BK?
Jawab: Cukup
baik, karena guru BK disini seperti yang saya bilang tadi pertama guru BK
mengikatkan terlebih dahulu kalau memang diulangi lagi maka guru BK akan
memanggilnya sampai siswa tersebut jera terhadap hukuman yang diberikan oleh
guru BK, supaya tidak mengulanginya lagi.
6. Menurut anda
apakah guru BK sudah menerapkan tentang kedisiplinan di sekolah ini?
Jawab: Sudah
karena guru BK sudah memberikan peringatan, hukuan dan arahan kepada siswa.
7. Apakah guru BK
dan kepala sekolah saling bekerja sama dalam melakukan perilaku kedisiplinan
terhadap siswa ?
Jawab: Bekerja
sama tapi biasanya kepala sekolah dalam pembinaan upacara memberikan arahan dan
masukan tentang kedisiplinan dan kalau guru BK bisanya di ruang kelas dan
saling bekerja sama antara satu dengan yang lain.
8. Menurut anda
apakah dengan keberadaan guru BK di sekolah ini memberikan dampak yang baik
terhadap sekolah ?
Jawab:
Memberikan dampak yang baik karena guru BK mengingatkan tentang kedisiplinan
seperti tidak bisa keluar baju bagi yang cowok, terutama dalam kedisiplinan
yang ada di sekolah ini.
9. Bagaimana
pendapat anda mengenai program perilaku kedisiplinan di sekolah ini ?
Jawab: Kalau
kedisiplina yang ada di sekolah ini sangat ditegakan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang ada di sekolah ini.
10. Apakah dengan
adanya penerapan perilaku kedisiplinan di sekolah ini memberikan dampak positif
terhadap anda ?
Jawab: sangat
positif karena guru BK itu sangat berperan dalam penangana perilaku kedisiplina
yang ada di sekolah ini.
Komentar
Posting Komentar